RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pemilihan Bupati dan Walikota yang akan digelar serentak pada tahun 2020 mendatang ternyata masih tidak lepas dari oligarki politik dan kerajaan politik lokal.
Pasalnya, di sejumlah daerah nama-nama keluarga para penguasa aktif maupun mantan penguasa masih mewarnai bursa calon bupati maupun wakil bupati.
Sebut saja, nama istri Bupati Bengkalis Amril Mukminin, Kasmarni yang sudah melamar beberapa partai untuk bersedia meminjamkan perahunya guna berlabuh di Pilbup Bengkalis 2020.
Kemudian di Kuansing, dua orang anak mantan Bupati Sukarmis, Adam dan Andi Putra menyatakan diri siap maju di Pilbup Kuansing 2020.
Begitu juga di kabupaten Pelalawan, dua orang anak Bupati Pelalawan HM Harris, yakni Adi Sukemi dan Sewitri juga disebut-sebut akan melanjutkan kepemimpinan ayahnya.
Menanggapi fenomena politik ini, Presma Universitas Riau (UR) Syafrul Ardi, mengakui memang praktik politik darah biru sedang berlangsung di provinsi Riau.
Kondisi seperti ini, sambungnya, dikarenakan pemilu selalu mencari siapa yang memiliki suara terbanyak, sehingga jika ada yang memiliki suara banyak dia merasa eksis dan optimis untuk majukan keluarganya.
"Politik darah biru membuat para pejabat sebelumnya tak menginginkan kekuasaan yang saat dipegangnya beralih ke yang lain," ujarnya, Jumat, 18 Oktober 2019.
Untuk itu, Syafrul berharap agar Pilkada serentak nanti tidak hanya diisi oleh keluarga-keluarga yang sebelumnya memang sudah memiliki kekuasaan di daerah tersebut.
"Kita maunya seluruh kalangan berhak untuk daftar dan tidak hanya dari kalangan sebelumnya yang merasa memiliki power karena jabatan kepala daerah sebelumnya berasal dari lingkungannya," tambahnya.
Syafrul menambahkan, alangkah baiknya jika "raja-raja kecil" di daerah bisa mengesampingkan politik darah biru ini dan mulai berpikir untuk perbaikan daerah kedepannya.
"Calon kepala daerah itu seharusnya yang berasal dari daerah tersebut, karena dia pasti akan sangat mengenal daerahnya serta tahu apa dibutuhkan oleh daerah tersebut," pungkasnya.