RIAU ONLINE, JAKARTA-Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menjadi calon kuat Panglima TNI menjelang masa pensiun Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Namun demikian, ada anggapan Jenderal Andika sudah mendekati masa pensiun, usianya 57 tahun pada Desember tahun ini. Jika Jenderal Andika jadi Panglima TNI tahun ini, waktunya cuma setahun saja, dan kepemimpinannya di TNI bisa dibilang nanggung.
Pengamat militer Fahmi Alfansi Pane mengatakan usia ketiga kepala staf angkatan TNI tak jauh beda. Selain itu, Presiden Jokowi bisa kok memperpanjang masa pensiun Panglima TNI.
“Usia bukan masalah besar, Presiden dapat memperpanjang masa pensiun Panglima bisa. Dulu pernah kejadian pas masa Panglima TNI Jenderal Endiartono Sutarto di masa lalu yang diperpanjang masa pensiunnya,” kata Fahmi.
Maka dari itu, peluangnya semua kepala staf angkatan sama kalau melihat dari aspek usia.
Kalau melihat secara objektif, Fahmi menilai KSAD Jenderal Andika Perkasa lebih pantas jadi Panglima TNI. Sosok Jenderal Andika ini bukan cuma modal politik, sebagai menantu Jenderal Purnawirawan AM Hendropriyono, tapi juga punya kelebihan jaringan internasional lho.
Dengan modal jaringan internasional dan pernah lama menjalani pendidikan di Amerika Serikat, Jenderal Andika bisa menggunakan pengalamannya itu untuk diplomasi pertahanan dan pengadaan alutsista.
Apalagi, jelas Fahmi, masalah utama alutsista TNI kita sudah jauh tertinggal dan sudah nggak bisa ditunda lagi. Harus segera modernisasi.
Fahmi menjelaskan memang nantinya eksekusi pengadaan alutsista ada di Kementerian Pertahanan, namun kalau Panglima TNI yang punya kemampuan diplomasi internasional akan lebih memudahkan sesuai kebutuah tiga matra TNI.
“Saya objektif saja, kelebihan Jenderal Andika adalah pada jaringan internasional dia, karena menjalani pendidikan di AS. Kalau dia Panglima TNI, dia bisa mendukung Menteri Pertahanan dalam menjalankan diplomasi pertahanan dan lobi pengadaan alutsista,” ujar Fahmi.
Nah dalam hal nanti Presiden Jokowi nggak tunjuk Jenderal Andhika, maka diplomasi pertahananan dan pengadaan alutsista serta kerja sama militer antarnegara akan lebih banyak dibebankan pada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
“Kalau bukan Jenderal Andika, beliau (Prabowo) akan lebih menjalankan diplomasi itu. Prabowo lebih banyak berperan,” ujarnya.
Fahmi mengatakan diplomasi pertahanan dan lobi modernisasi alutsista sangat dibutuhkan, apalagi sekarang ini banyak dilakukan operasi gabungan atau latihan bersama militer antarnegara lho.
Nah untuk memuluskan operasi bersama itu sangat dibutuhkan kekuatan jaringan internasional Panglima TNI dan kepala staf.
“Juga butuh kepercayaan angkatan bersenjata antarnegara sehingga jaringan internasional exposure sangat dibutuhkan. Jadi Panglima TNI itu harus exposure internasional. Jadi duet Jenderal Andika dan Prabowo itu duet yang bagus,” katanya.