RIAU ONLINE, PEKANBARU - Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau Akhmad Mujahiddin angkat bicara terkait kontroversi penolakan sejumlah mahasiswa UIN Suska yang menolak adanya lagu Mars Ya Lal Wathon beberapa hari yang lalu.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima RIAUONLINE.CO.ID, Mujahiddin mengatakan kegiatan Apel Akbar dan UIN Suska Bersholawat yang dirangkai dengan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Tahun 2018, dimaksudkan untuk menyambut mahasiswa baru sebagai entitas penting civitas akademika agar mempunyai semangat keagamaan (religiusitas) yang tinggi, semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta peka terhadap sosial kemasyarakatan.
Sedangkan kegiatan PBAK, lanjut Mujahidin merupakan kegiatan wajib sebagai ritual penyambutan mahasiswa baru di kalangan PTKIN yang pelaksanaannya mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor 4962 Tahun 2016.
“PBAK dimaksudkan agar mahasiswa mengenal budaya akademik, dunia kemahasiswaan, menjadi civitas akademika yang berpaham keagamaan yang moderat, mempunyai semangat kebangsaan yang tinggi dan berkarakter," papar Mujahidin.
Mujahidin berharap mahasiswa baru UIN Suska Riau nantinya tumbuh menjadi generasi yang cerdas intelektualnya, kuat kebangsaannya dan mempunyai kecintaan terhadap bangsa dan negaranya.
“Dalam kegiatan PBAK mahasiswa baru diberikan materi-materi seperti Visi Misi dan Kebijakan UIN Suska Riau, moderasi Islam, wawasan kebangsaan, pembekalan karakter yang ramah dalam menghindari radikalisme dan pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan," lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Al Mujtahadah Pekanbaru ini.
Terhadap adanya mahasiswa atau civitas akademika yang kurang setuju dengan model dan desain kegiatan Apel Akbar dan UIN Suska Bersholawat serta PBAK termasuk dinyanyikannya Mars Ya lal di acara tersebut, Mujahidin menjelaskan Mars Yalal Wathon adalah ikhtiar memupuk rasa kecintaan mahasiswa baru terhadap tanah air, memupuk semangat nasionalisme dan patriotisme.
Mujahidin juga membantah telah terjadi tindakan kekerasan kepada panitia dari unsur mahasiswa. Ia menilai itu adalah kesalahpahaman.
"Saya hanya memegang bahu dan pipi Resimen Mahasiswa sebagai rasa sayang kakak terhadap adiknya, karena saya juga mantan Menwa," terang Mujahidin.
Namun demikian, Rektor dan Pimpinan UIN Suska Riau menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang kurang berkenan atas ucapan dan tindakan dalam merancang dan mengimplementasikan kegiatan itu.
Menanggapi hal itu Kamarudin Amin Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama mengatakan mahasiswa yang dinamis perlu dilakukan pendekatan dialog dan seni tersendiri.
“Kita tidak mentolerir hal-hal yang substanstif misalkan tentang tindakan radikal, ingin menang sendiri dan memaksakan kehendak,” ujarnya.
Kamarudin berharap apa yang terjadi di UIN Suska segera selesai dan kegiatan PBAK dapat dilanjutkan kembali serta layanan akademik bagi mahasiswa baru tetap berjalan.
Rektor UIN Suska didampingi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Promadi, dan Kepala Biro AAK Eramli JAB telah bertemu dengan Irjen Kementerian Agama RI M. Nur Kholis Setiawan dan Sekjen Kementerian Agama Nur Syam untuk melakukan klarifikasi atas apa yang terjadi di kampusnya.