RIAU ONLINE - Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari kursi presiden setelah 32 tahun berkuasa. BJ. Habibie naik tahta menggantikan Soeharto. Peristiwa yang terjadi pada Kamis, 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB itu menjadi sejarah bagi Bangsa Indonesia.
"Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998," kata Soeharto dalam pidato terakhirnya sebagai presiden Indonesia,
Jelang kemunduran Seoharto, banyak peristiwa penting terjadi. Berikut rangkumannya dikutip dari merdeka.com, Selasa, 8 Mei 2018.
1. Krisis Moneter
Krisis menoneter yang melanda dunia berdampak pada Indonesia dan menjadi titik awal gerakan reformasi di tanah air. Pada akhir Januari 1998, nilai rupiah tercatat mengalami keterpurukan hingga di angka Rp 11.050. risis bahan pokok juga terjadi.
Pengangguran pun makin meningkat, sebelumnya pada 1997 tercatat 4,68 juta dan menjadi 5,46 juta pada 1998. Krisis ini berujung pada rakyat yang menuntut perubahan kepemimpinan.
2. Demo besar tuntut Soeharto mundur
Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997. Kala itu, harga-harga kebutuhan melambung tinggi diiringi berkurangnya daya beli masyarakat. Tuntutan gerakan mahasiswa agar Soeharto mundur menjadi agenda nasional.
Ibarat gayung bersambut, agenda reformasi oleh gerakan mahasiswa ini mendapat mahasiswa dan dukungan dari rakyat. Aksi demonstrasi besar-besaran di gedung DPR/MPR, yang dilakoni mahasiswa termasuk mahasiswa Universitas Trisakti pun terjadi.
Aksi damai yang berawal dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30 WIB itu dihadang oleh blokade dari Polri dan militer. Demo besar itu menelan korban. Empat mahasiswa Trisakti tewas akibat tertembak.
3. Kerusuhan dan penjarahan
Pada 13-14 Mei 1998, terjadi kerusuhan, pembakaran hingga penjarahan di ibukota dan di sejumlah daerah di Indonesia. Salah satunya di Yogya Plaza, yang kini dikenal dengan Mall Citra Klender dibakar. Tak tanggung-tanggung, 400 orang dikabarkan tewas pada Mei 1998 itu.
Target penjarahan warga berlanjut. Selama dua hari berturut-turut terjadi penjarahan di Mal Yogya di Klender, hingga berujung pada kebakaran hebat pada 15 Mei. Kebakaran itu terjadi tanpa ada yang tahu bagaimana api itu bisa menyebar saat ratusana orang masih mengambil barang di lantai dua dan tiga.
4. Harmoko mendesak Presiden Soeharto mundur
18 Mei 1998, sore sekitar pukul 15.30 WIB, Gedung DPR dipenuhi ribuan mahasiswa. Saat itu pula, Harmoko menyatakan bahwa demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana.
Ribuan mahasiswa menyambut gembira pidato Harmoko itu. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama, sebab malam harinya, pukul 23.00 WIB Menhankam/ Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto menyebut bahwa pernyataan Harmoko itu merupakan sikap dan pendapat individual, karena tidak dilakukan melalui mekanisme rapat DPR.
5. 14 Menteri mundur secara bersama-sama
Presiden Soeharto mengemukakan akan segera mengadakan reshuffle Kabinet Pembangunan VII, dan sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi. Namun, 14 menteri di Kabinet Pembangunan ke-VII justru memberikan kabar mengejutkan. Belasan menteri itu menyatakan untuk mengundurkan diri secara bersama-sama dari jabatan mereka.
Ke empat belas menteri yang menandatangani 'Deklarasi Bappenas' tersebut antara lain adalah Akbar Tandjung, AM Hendropriyono, Ginandjar Kartasasmita, Giri Suseno Hadihardjono, Haryanto Dhanutirto, Justika S. Baharsjah, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto Sastrowardoyo, Sumahadi, Theo L. Sambuaga, dan Tanri Abeng.