Kisah Lucu Saat Dua Komandan Melapor dan Dilapori

Alex-Kawilarang-dan-Maraden-Pangabean.jpg
(Historia.id/Buku 30 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

RIAU ONLINE - Kala itu 1949, Komandan Sektor IV Sub Teritorium VII Sumatera Mayor Maraden Pangabean tengah dalam kunjungan di pos-pos terdepan pasukannya di wilayah antara Hubu dan Saur Matinggi, pelosok Sumatera Utara. Saat itu, ia mendengar bahwa Letnan Kolonel A.E. Kawilarang, sang Komandan Sub Teritorium VII Sumatera sedang menuju markas Sektor IV di tepi sungai Pakuan.

Lantas, Mayor Maraden langsung berbalik kembali menuju markasnya itu. Sang mayor menyusuri anak sungai sebelum mencapai markas berupa bunker itu saat hari sudah mulai remang. Menurut kebiasaan, untuk melewati tempat ini harus mencopot celana untuk menghindari basah.

“Jadi saat itu saya hanya mengenakan baju dan celana dalam saja…” ujar Maraden dalam biografi yang ditulisnya, Berjuang dan Mengabdi, melansir Historia.id, Kamis, 19 April 2018.

Sesampainya di seberang, ia memanggil seorang perwira, Letnan Mulatua Purba, untuk menanyakan kebenarakan akan kedatangan Letnan Kolonel Kawilarang itu. Belum sempat bertanya, Letnan Purba tiba-tiba muncul dari arah bunker di seberang sungai, menghormat.

Dalam bahasa Belanda, Letnan Purba berseru, "Mayor! Letnan Kolonel Kawilarang sekarang berada di sini, beliau ingin bertemu dengan Mayor dan mengetahui kondisi sektor kita.”

Seraya tersenyum, Kawilarang muncul dari bunker dan mengangkat tangan kanan. Sementara, Mayor Maraden yang sudah kadung ada di tengah sungai untuk menyeberang lantas mengambil sikap sempurna sambil berseru lantang kepada atasannya itu.


"Lapor! Mayor Maraden Pangabean, Komandan Sektor IV Sub Teritorium VII Sumatera beserta seluruh pasukan Sektor IV dalam keadaan aman! Siap menunggu dan melaksanakan perintah Komandan Sub Teritorium VII Sumatera!” serunya.

Tadinya, sang Letnan Kolonel tidak bermasuk bersikap formil, namun terpaksa mengambil sikap sempurna pula untuk membalas penghormatan dan menerima laporan Mayor Maraden.

Usai sesi formil-formilan tersebut, sambil tersenyum lebar, Kawilarang masuk ke dalam sungai dan membentangkan tangannya. Mereka berdua lantas berpelukan.

“Saat itulah kami baru sadar bahwa pada upacara pelaporan tersebut, kami sama-sama hanya mengenakan celana dalam saja karena waktu saya datang, Pak Kawilarang lagi mengeringkan kakinya di atas batu seusai berenang di sungai…” kenang Maraden Pangabean.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id