RIAU ONLINE, PEKANBARU- GPS Collar menjadi salah satu cara dan upaya untuk melindungi sekaligus memantau pergerakan gajah agar tidak mendekati pemukiman warga.
Tak hanya itu terowongan untuk satwa berbadan bongsor ini pun sangat diperlukan. Begitulah sebut Anak Muda Pemerhati Gajah, Beno Fariza yang tergabung dalam Forum Konservaei Gajah Indonesia (FKGI).
"GPS Collar dan terowongan untuk gajah itu sangat diperlukan. Saat ini yang lagi viral studi berbasis DNA. Semua itu berbasis teknologi," ungkapnya.
Pelestarian gajah saat ini menurutnya untuk mengurangi dampa k konflik atau interaksi negatif. Di beberapa tempat di Sumatera mulai dikembangkan teknologi early warning system atau teknologi yang bisa memprediksi gajah sebelum memakan sawit masyarakat, keberadaannya sudah diketahui terlebih dahulu.
"Sebenarnya ini adalah peluang generasi sekarang dibanding generasi dulu lebih memahami teknologi. Ide kreatif ini bisa muncul dari keresahan masyarakat atau dari gajah itu sendiri yang menghadapi kepunahan hanya bisa ditolong dengan teknologi," tegasnya.
Beno sapaan akrabnya melanjutkan, untuk lestari dengan sendirinya dan lestari dengan mekanisme alam diakuinya cukup sulit. Berbicara gajah, dirinya kembali menegaskan bahwa tantangannya adalah untuk hidup.
"Riau sendiri kita bisa tau ya, lebih banyak mana kawasan hutan yang dilestarikan dengan kawasan hutan yang dikonversi untuk kebutuhan perkebunan, pertambangan, dan infrastruktur," tuturnya.
Adanya ini, ini menjadi peluang antara mencari ruang sempit si gajah menuju kebun dengan peluang sekarang yang masih punya kantong-kantong gajah alami. Jadi, mengisi ruang-ruang.
"Gajah ini butuh ruang. Nah, ruang-ruang ini juga yang harus dimanfaatkan oleh generasi sekarang," ujarnya.
Ia menilai saat ini sudah tidak adalagi gajah yang masuk kategori penyiksaan. Sependengarannya Beno, sumber gajah-gajah atraksi dari Lampung yangmana di taman nasionalnya pernah dibangun Pusat Pelatihan Gajah (PLG). Nah, nomenklatur PLG itu telah dirubah oleh pemerintah yakni bukan lagi untuk sirkus dan mitigasi konflik.
"Nomenklatur PLG telah dirubah menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG)," katanya.