Laporan: BAGUS PRIBADI
RIAUONLINE, PEKANBARU - Wakil Rektor I Universitas Riau (Unri), Nur Mustafa, menanggapi tuntutan mahasiswa Unri yang melakukan aksi dalam rangka memperingati satu bulan pasca terjadinya kasus kekerasan seksual di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unri.
Selain itu, mahasiswa menuntut sikap tegas Rektor Unri, Aras Mulyadi untuk berpihak pada korban dan memberhentikan sementara tersangka, Syafri Harto dari jabatannya.
Nur Mustafa mengatakan rektor sedang tugas ke Jakarta untuk beberapa urusan, termasuk urusan tentang P2KS. Ia mengaku ditugaskan sebagai kuasa rektor untuk menerima aspirasi mahasiswa yang akan disampaikan ke rektor.
"Saya beri tahu bahwa ada hal-hal yang terbatas yang hanya bisa disampaikan kuasa rektor. Lagi pula perlu dipahami dan tegaskan bahwa persoalan ini tak didiamkan begitu saja," katanya, Senin, 6 Desember 2021.
Mahasiswa yang mendengar penjelasannya sontak berseru berbarengan menampik pernyataan Wakil Rektor I itu.
"Bohong!" seru mahasiswa.
"Dengarkan dulu. Berdosa kalian bersorak seperti itu kepada orangtua kalian. Kalau ada yang salah silakan dikoreksi," terang Nur Mustafa.
Lebih lanjut, Nur Mustafa mengaku pihaknya sedari awal sudah melaksanakan proses, namun ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Tambahnya, pihak kampus tak bisa begitu saja memvonis tersangkan begitu muncul ada masalah.
"Supaya pimpinan tak kena masalah berikutnya. Ketika kami lakukan untuk mencopot tersangka lewat surat rektor, nantinya surat itu akan bermasalah. Ini yang sedang kami siapkan," jelasnya kepada mahasiswa.
Ia juga mengaku pihak Unri sudah cukup ada memberikan perhatian kepada korban sudah cukup ada. Namun, akunya, sejauh ini korban memiliki timnya sendiri.
"Silakan saja kalau mau sama orang lain, kami dari kampus sudah menyiapkan. Jadi tidak ada istilah tersangka tak diberhentikan karena rektor ini-itu dengan tersangka," tuturnya.
Menanggapi itu, Presiden Mahasiswa Unri, Kaharuddin, mengatakan mahasiswa Unri tak ingin lagi jika ke depannya aksi namun jawaban pihak kampus tetap sama. Sebab itu, ia menegaskan hari ini hanya ada satu opsi, yakni mahasiswa membutuhkan sikap tegas rektor untuk berpihak kepada korban.
"Menurut penjelasan Wakil Rektor I, tidak ada pernyataan sikap tegas dari rektor berpihak pada korban," katanya.
Kaharuddin menegaskan mahasiswa tak ingin adanya pelecehan seksual lagi. Pasalnya, semua bisa jadi korban, bahkan dosen.
"Sebab itu kami akan menyegel ruang rektor. Kami tidak perlu membaca tuntutan karena rektor tak punya sikap tegas. Sore ini kita segel ruang rektor," serunya.
Berdasarkan pantauan riauonline.co.id, pukul 17.15 WIB massa aksi mulai memadati pintu masuk gedung rektorat. Mereka berusaha masuk dan menuju ruang rektorat.
Aksi itupun diwarnai keributan dan dorong-dorongan antar mahasiswa dengan sekuriti. Hingga akhirnya mahasiswa berhasil masuk dan menuju ruang Rektor Unri, Aras Mulyadi.