Laporan Linda Mandasari
RIAUONLINE, PEKANBARU-Perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan menjadi salah satu bagian dari proses pembangunan.
Aktivitas perpindahan penduduk dari desa ke kota hanya merupakan salah satu penyebab proses urbanisasi. Fenomena migrasi sangat mewarnai di beberapa negara berkembang termasuk di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini Riau Online akan membahas mengenai
Teori Migrasi
Teori migrasi yaitu tentang proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota. Peribahasa "ada gula ada semut" menjelaskan kondisi paling cocok dengan adanya fenomena proses migrasi desa-kota.
Para migran non permanen berperilaku seperti semut, maksudnya bila semut menemukan makanan di suatu tempat makanan itu tidak dimakan di tempat itu, tetapi dibawa bersama teman-temannya ke sarangnya.
Hal yang mengaitkan proses migrasi melalui hubungan personal dan hubungan sosial lain bahwa di negara negara pengirim migran, informasi tentang pekerjaan dan standar hidup di luar negeri secara efisien disampaikan melalui jaringan personal seperti teman dan tetangga yang telah bermigrasi.
Sedangkan di negara negara penerima masyarakat migran sering membantu laki-laki dan wanita seusianya untuk bermigrasi yaitu untuk mendapatkan suatu pekerjaan.
Yang demikian ini mengurangi biaya-biaya migrasi bagi para pendatang baru, yang menyebabkan para migran yang potensial untuk meninggalkan negara atau daerah mereka.
Bentuk-bentuk mobilitas penduduk
Migrasi adalah, Fenomena Migrasi Tenaga Kerja selanjutnya adalah bentuk-bentuk mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk dapat dibedakan menjadi dua yaitu mobilitas penduduk vertikal yang sering disebut dengan perubahan status.
Contohnya adalah perubahan status pekerjaan, dimana seseorang semula bekerja dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam sektor non pertanian. Kemudian mobilitas penduduk horizontal, yaitu mobilitas penduduk geografis yang merupakan gerak penduduk yang melewati batas wilayah menuju wilayah lain dalam periode waktu tertentu.
Mobilitas ulang alik adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dengan kembali ke daerah asal pada hari itu juga.
Sedangkan mobilitas penduduk mondok atau mengingat merupakan gerak penduduk yang meninggalkan daerah asal menuju ke daerah tujuan dengan batas waktu lebih dari 1 hari, namun kurang dari 6 bulan.
Pola migrasi desa-kota
Pola migrasi di negara-negara yang sudah berkembang pesat biasanya sangat kompleks. Fenomena ini menggambarkan kesempatan ekonomi yang lebih seimbang dan menunjukkan saling ketergantungan antar wilayah di dalamnya, serta merefleksikan keseimbangan aliran sumber daya manusia dari suatu wilayah ke wilayah lainnya.
Sedangkan di negara-negara yang sedang berkembang, pola migrasi yang terjadi menunjukkan suatu polarisasi yaitu pemusatan arus migrasi ke wilayah wilayah tertentu saja.
Khususnya kota-kota besar, hal yang sama juga dijelaskan bahwa pola migrasi desa-kota di negara berkembang termasuk Indonesia menunjukkan adanya konsentrasi pendatang yang tinggi di kota-kota besar seperti misalnya Jakarta, yaitu kota-kota yang relatif mempunyai sektor modern yang besar dan dinamis.
Sekian informasi mengenai Migrasi adalah, Fenomena Migrasi Tenaga Kerja. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.