RIAUN ONLINE, TELUK KUANTAN - Keberadaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik PT Sinar Utama Nabati (SUN) yang beroperasi di Desa Sungai Bawang, Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau dikeluhkan oleh masyarakat sekitar.
Perusahaan ini mulai beroperasi pada 2017 lalu. Setelah beroperasi cukup banyak dikeluhkan oleh masyarakat, mulai soal jalan yang dilalui operasional perusahaan hingga persoalan limbah dan bau busuk yang ditimbulkan.
"Masyarakat sini (Sungai Sirih,red) sudah sering demo ke perusahaan mulai soal jalan dan limbah yang ditimbulkan oleh pabrik milik perusahaan," kata Aditia, warga Desa Sungai Sirih, Kecamatan Singingi, Rabu, 17 Maret 2021.
PT SUN kata Aditia, memang tidak memiliki jalan sendiri dan masih melalui akses jalan kabupaten dari Simpang Sambung - Sungai Bawang. "Panjang jalan ini ada sekitar 8 kilo, dan kondisinya sering rusak akibat dilalui operasional mobil CPO milik perusahaan," katanya.
Meskipun ada diperbaiki, namun perbaikan yang dilakukan pihak perusahaan tidak maksimal. Kondisi jalan tetap rusak terutama saat musim hujan tiba.
Selain masalah jalan katanya, persoalan limbah PKS PT SUN juga sering dikeluhkan oleh masyarakat sekitar. Limbah tersebut sering mengeluarkan bau busuk sampai ketengah perkampungan.
"Dulu masyarakat protes karena jangkosnya dibakar oleh perusahaan, dan asap dari jangkos tersebut menyebar ke tengah perkampungan. Setelah ada protes sekarang jangkosnya tidak dibakar lagi," katanya.
Masalah cerobong asap tambahnya, juga sempat dikeluhkan oleh masyarakat, karena kondisinya cukup rendah." Sekarang tampaknya cerobong asap sudah ditinggikan, kalau dulu cukup rendah dan terjadi pencemaran udara di sekitar kampung," katanya.
Kemudian sejak perusahaan ini beroperasi di desa Sungai Bawang aliran Sungai Bawang yang menjadi tempat reakreasi warga kini sudah tidak bisa lagi dimanfaatkan karena air sudah berubah warna.
"Dulu aliran Sungai Bawang ini menjadi tempat reakreasi warga setiap hari, kini tidak bisa dimanfaatkan lagi. Dulu airnya sangat jernih sekarang diduga sudah tercemar limbah perusahaan," katanya.
Bahkan dari tempat reakreasi ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. "Dari parkir saja kalau ada acar-acara itu bisa dapat Rp 1,5 juta, belum lagi masyarakat yang berjualan," katanya.
Sekarang sejak perusahaan ini berdiri aliran sungai ini tidak bisa dimanfaatkan untuk masyarakat. "Dulu setiap hari warga banyak yang mandi di sungai ini, sekarang tidak ada lagi," katanya.
Menanggapi hal itu, anggota DPRD Kuansing, H Sutoyo mendesak pihak perusahaan untuk menjaga lingkungan sekitar dari pencemaran. "Kita minta jaga lingkungan dan apa yang menjadi aspirasi warga harus dipenuhi," katanya.
Upaya konfirmasi sudah dilakukan Riau Online dengan mendatangi PKS PT SUN. Namun tidak ada satupun pihak yang bisa dikonfirmasi karena manajemen mulai dari manajer dan KTU sedang berada di luar kota.
"Manajer dan KTU lagi diluar kota semua mas," ujar salah seorang security PT SUN, Rabu kemarin.
KTU PT SUN, Samsul yang coba dihubungi Riau Online, Rabu kemarin juga belum ada jawaban. Beberapa kali dihubungi tidak ada jawaban. Hingga berita ini tayang belum ada tanggapan dari pihak perusahaan.