Gugus Tugas Covid-19 Riau Ungkap Ada Masalah Besar Dibalik Kluster BRI Kota Pekanbaru

yopi-indra.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Kluster baru penyebaran virus corona di Provinsi Riau semakin mengkhawatirkan. Pasalnya kluster baru ini jumlahnya terus bertambah. Bahkan dalam hitungan dua hari ini saja sudah ada 10 orang yang positif Covid-19 dari kluster Bank BUMN ini.

Kluster BRI Cabang Kota Pekanbaru merupakan kluster dengan penyumbang jumlah kasus pasien positif terbanyak yang diumumkan oleh gugus tugas pasca pembatasan sosial berskala besar di sejumlah daerah di Riau berakhir.

Bahkan kluster BRI Cabang Kota Pekanbaru ini diprediksi masih akan terus bertambah. Sebab hingga saat ini spesimen swab dari kluster ini yang diuji di Labor Biomolekuler RSUD Arifin Ahmad belum seluruhnya keluar hasilnya. Ini baru dari spesimen swab pegawai, belum lagi hasil tracing kontang keluarga pasien positif yang 10 orang.

"Masalah ini belum selesai, ini baru awalnya saja dan ini menjadi tanda dan sinyal buat kita semua, masih ada masalah yang besar. Karena kalau bicara kluster ini, bisa besar karena disana ada pasar sukaramai, berapa banyak orang bolak-balik dan lalu-lalang di daerah sana," kata Jubir Gugus Tugas Covid-19 Riau, Dr Indra Yopi, Jumat 19 Juni 2020.

"Kami khawatir ini menjadi titik awal, kalau tidak cepat diisolasi dengan baik, ini bisa tidak terkontrpl. Jadi harus ada kebijakan yang cepat dan tepat untuk mencegah meluasnya kasus positif dari kluster ini," imbuhnya.

Namun yang membuat miris dari munculnya kluster ini bukan hanya sekadar jumlahnya yang terus bertambah, tapi awal mula munculnya kluster ini juga membuat masyarakat Riau geram. Pasalnya kluster BRI Pekanbaru ini muncul diduga kuat karena adanya kelalaian dan ketidapatuhan salah seorang oknum pegawainya yang tidak patuh saat diminta untuk melakukan isolasi mandiri.



Saat itu salah seorang pegawai BRI Pekanbaru berinisial DH diketahui reaktif hasil rapid testnya. Petugas kemudian menetapkan DH sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Di Riau PDP mendapatkan perlakukan khusus. Yakni langsung diisolasi dan dirawat di rumah sakit. Namun saat itu DH menolak diisolasi di rumah sakit dan memilih untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

Hanya berselang beberapa hari, DH membuat gempar warga Riau. DH tidak patuh terhadap anjuran pemerintah dan tim gugus tugas Covid-19 Riau. DH tidak melakukan isolasi mandiri. Pasalnya saat masa isolasi berlangsung, DH ternyata "kabur" dan sudah sampai di Batam.

DH diduga kuat pergi ke Batam tidak melalui jalur udara, sebab ia tidak lolos jika ingin naik pesawat terbang. Karena harus mengurus surat hasil uji swab. DH disinyalir berangkat ke Batam melalui jalur laut dengan menggunakan kapal.

Namun yang membuat heboh tidak hanya keberadaan DH yang mendadak sudah tiba di Batam, kabar dirinya positif Covid-19 saat dilakukan swab di Batam lebih mengejutkan lagi.

"Kasus ini kan terbuka hanya gara-gara satu orang pegawai kemudian rapinya positif, harusnya dia mau melakukan isolasi mandiri, tapi perintah itu dilanggar. Dia pergi, jadi ketidakpatuhan, ketidakdisiplinan, ujungnya-ujungnya kita semua yang menderita," kata Indra Yopi tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

Tidak ingin mengambil resiko, petugas dinas kesehatan provinsi Riau dan kota Pekanbaru langsung melakukan kontak tracing. Yakni dengan melakukan rapid test terhadap ratusan pegawai di BRI Kantor Cabang Pekanbaru yang berada di Jalan Sudirman Pekanbaru.

Hasilnya mengejutkan, dari ratusan pegawai BRI yang dilakukan rapid test, 25 diantaranya reaktif. Petugas kemudian mengambil swab kepada 25 pegawai BRI yang reaktif hasil rapid testnya ini.

"Dari 25 itu tiga positif kita umumkan Kamis kemarin dan Jumat ini ada penambahan 7 orang lagi. Sehingga total ada 10 orang yang positif. Sisanya masih menunggu, hasil swabnya belum keluar," kata Indra Yopi. (*)