Tarif Tes Swab Mandiri di RSUD Arifin Achmad Disebut Paling Murah Se-Indonesia

jubir.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Tim Gugus Tugas angkat bicara, adanya anggapan mahalnya biaya melakukan tes swab di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru.

Namun, jika dibandingkan harga melakukan tes swab di seluruh Indonesia. Biaya yang dipatok di RSUD AA, ternyata di Provinsi Riau harga yang paling murah.

Penjelasan ini disampaikan juru bicara tim Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Riau, dr Indra Yovi.

''Perlu saya sampaikan, bahwa untuk biaya tes swab mandiri di Provinsi Riau. Se-Indonesia kita yang paling murah,'' kata Yovi. Sebagaimana dilansir dari laman riau.go.id.

Di Kalimantan saja, sebut Yovi, disana bagi yang ingin tes swab mandiri masyarakat di patok Rp2.100.000. Selanjutnya, di Di Lab Biomolekurel FA UI seharga Rp1,8 juta dan di Laboratorium Ifman sebesar Rp1.750.000.

''Itu tarif di setiap masing-masing rumah sakit,'' jelas Yovi.

Dipungutnya, upah bagi masyarakat yang ingin melakukan tes swab, disebabkan bahwa pengadaan alat swab merupakan anggaran milik pemerintah.

Maka, setiap masyarakat yang telah melakukan tes swab. Untuk uang Rp1.700.000 itu akan disetorkan ke kasa daerah.



''Upah itu akan disetor ke kas daerah. Karena itu adalah uang rakyat,'' sebut Yovi.

Dirut RSUD Arifin Ahmad, dr Nuzelly menegaskan bahwa, pemeriksaan hasil swab yang dijalankan melalui Laboratorium Biomolekuler RSUD Arifin Achmad, tidak dijadikan bisnis.

Pihaknya membuka jalur mandiri bagi masyarakat yang ingin tes swab. Hanya ingin memfasilitasi masyarakat umum, yang akan bepergian keluar kota, terutama ke Jakarta.

Tes swab ini dibuka, karena pemerintah mewajibkan setiap orang yang masuk ke suatu wilayah harus menunjukkan hasil swab, dari daerah asal.

Sebelumnya, sebut dr Nuzelly, tes swab awalnya Laboratorium Biomolekuler RSUD hanya difokuskan untuk memeriksa pasien dalam pengawasan (PDP) di Riau. Sedangkan, dibukanya tes swab jalur mandiri ini merupakan atas saran Gubernur Riau, yang menginginkan difasilitasi dan meringkan warga Riau yang akan ke Jakarta.

''Pastinya tes swab mandiri ini, bukan untuk tujuan komersil. Tapi bagaimana memfasilitasi masyarakat yang harusnya tidak bepergian. Yang jelas prinsipnya harus tidak bepergian masyarakat keluar daerah seperti ke Jakarta, yang mengharuskan ada hasil swab,'' terang Nuzelly.

Hal ini sebut Nuzelly, sesuai dengan aturan pemerintah bagi yang memang butuh ke Jakarta. Penerapannya, sebut dia, sesuai standar dari pemerintah gugus tugas.

''Kalau surat untuk keluar tidak mungkin masyarakat menggunakannya. Masyarakat bisa memahami begitulah caranya supaya tugas kita juga terakomodir,'' jelasnya lagi.

Menurut Nuzelly, pada intinya masyarakat harus menjaga kesehatan dan tidak bepergian dulu kecuali penting. Dan tidak mungkin pemerintah membiayai semua masyarakat dengan gratis hasil swab. Dan tugas tim medis di RSUD juga banyak, dan lebih memfokuskan pasien PDP bukan masyarakat umum yang ingin bepergian pribadi.

Nuzelly menyarankan, agar warga Riau, lebih baik jangan bepergian dulu, tidak mungkin pula membiayai yang umum kalau keperluannya pribadi. Nanti akan membludak dan seenaknya bepergian dengan meminta dan memanfaatkan hasil swab.

Tes swab ini, sebut Nuzelly, sebenarnya lebih diperuntukkan bagi warga yang memiliki urusan penting karena tugas perusahaan, atau ada keluarga yang meninggal, kami memfasilitasi dengan biaya standar.

''Sekarang ini bagaimana kita memutus mata rantai Covid-19, apalagi di Riau sekarang pasien positif semakin rendah, dan kalau bisa dipertahankan sampai pasien positif di Riau nol. Jangan sampai orang masuk bebas ke Riau, kita harus disiplin lagi,'' tegas Nuzelly.