RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sudah menjadi tradisi di masyarakat Melayu Riau setiap malam ke-27 Ramadhan, warga bersama-sama memasang lampu hias terbuat dari botol-botol minuman diisi minyak tanah disertai sumbu yang dirangkai menjadi gambar berbentuk masjid.
Tak terkecuali dilakukan oleh masyarakat Jalan Tanjung Karang, Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru. Sebelum berbuka, Sabtu, 6 April 2024, mereka sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Usai berbuka puasa, warga mulai mempersiapkan peralatan untuk mendirikan lampu colok.
Lampu colok berbentuk bangunan masjid dengan tinggi 5 meter itu tak ayal menarik perhatian warga dan pengendara sekitar yang melintas.
“Tadi kebetulan lewat, terus lihat ada lampu colok, sangat bagus dan indah,” kata Indah, warga Pekanbaru.
Lampu colok dahulunya digunakan masyarakat untuk bepergian maupun sebagai penerang jalan sebelum adanya listrik. Kemudian, warga hendak berangkat beribadah ke masjid atau surau membawa lampu colok untuk menerangi jalan dilalui.
Jika dulu, lampu colok menggunakan bambu layaknya obor atau lampu pelita, sebutan lainnya.
Seiring perjalanan waktu, muncul kreatifitas warga dengan memasang lampu colok sepanjang pinggir jalan. Kreatifitas berlanjut maka lampu colok menjadi budaya hingga sekarang.