RIAU ONLINE - Film dokumenter Dirty Vote berhasil menghebohkan publik di masa tenang kampanye Pemilu 2024. Berbagai instrumen kekuasaan yang diduga digunakan untuk memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi diungkap dalam film ini.
Film ini melibatkan tiga ahli hukum. Mulai dari Feri Amsari, Bivitri Susanti, hingga Zainal Arifin Mochtar.
Adapun sosok utama di balik layar adalah sang sutradara, Dandhy Dwi Laksono. Ia merupakan seorang aktivis yang berkecimpung di dunia jurnalistik sejak 1990. Lantas, siapa Dandhy?
Menurut berbagai sumber yang dilansir dari kumparan, Selasa, 13 Februari 2024, pria yang lahir pada 29 Juni 1976 di Lumajang itu sudah berkarier di dunia jurnalistik sejak 1990.
Ia merupakan lulusan Universitas Padjajaran, Bandung. Pendidikan non formal Dandhy peroleh dari Ohio University Internship Program on Broadcast Journalist Covering Conflict, Amerika Serikat (2007) dan British Council Broadcasting Program, London (2008).
Dandhy Dwi Laksono. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Dandhy bahkan mengikuti berbagai workshop dan seminar tentang jurnalistik di berbagai negara. Ia sempat beralih ke media radio, baik dalam maupun luar negeri. Bahkan ia sempat menjadi stringer di radio ABC Australia.
Di profil akun X-nya (Twitter) Dandhy menuliskan jika ia adalah Co-Founder Watchdoc dan Co-Founder Koperasi Ekspedisi Indonesia Baru.
Bersama Andhy Panca Kurniawan, Dandhy membentuk Watchdoc pada 2009. Sebelum Dirty Vote, film dokumenter Sexy Killers yang mengungkap bisnis batubara di Indonesia menjadi satu di antara film karyanya.
Selain itu, ada pula dokumenter The End Game. Film yang berisi bagaimana polemik KPK era Firli Bahuri memecat 75 pegawainya. Melalui mekanisme Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang kontroversi.