Laporan: Dwi Fatimah
RIAUONLINE, PEKANBARU - Pernikahan kakek usia 69 tahun dengan seorang janda berusia 19 tahun di Sulsel tengah viral dan sempat menghebohkan dunia maya lantaran jarak usia keduanya yang terlampau jauh.
Seorang kakek di Bone, Sulawesi Selatan bernama Andi Linge berusia 69 tahun jatuh hati dengan seorang janda muda berusia 19 tahun bernama Ina.
Kakek Linga mulai memiliki ketertarikan kepada Ina saat mereka memanen padi di sawah. Merasa cocok, akhirnya keduanya pun menikah dan menjadi viral di media sosial. Duda dan janda ini menikah pada Minggu, 8 Mei 2022 di Dusun Mahung, Desa Sanrego, Kahu, Sulawesi Selatan.
Keduanya menjalani prosesi pernikahan dengan adat Bugis yaitu, mappasikarawa. Prosesi tersebut dilakukan sesudah akad nikah yaitu mempelai pria menyentuh atau memegang mempelai wanita.
Selain kakek Linga dan Ina ada juga beberapa pasangan viral yang berusia terpaut jauh, ada pasangan Selamat Riyadi berusia 16 tahun dan nenek Rohaya yang berusia 71 tahun di Sumatera Selatan serta Andi Darfan, lelaki berusia 24 tahun yang menikah dengan Andi Rosmiati Untung, perempuan berusia 55 tahun di Sulawesi Selatan.
Lalu bagaimana tantangan dan dinamika mengenai pernikahan beda usia terlampau jauh? simak ulasan berikut:
Pernikahan beda generasi atau antara pasangan yang memiliki jarak usia yang terpaut jauh, merupakan hal wajar. setiap individu berhak memilih siapapun untuk menjadi pasangannya.
Menikah dengan orang yang beda usia terlampau jauh adalah sebuah keputusan besar. Secara psikologis, tidak sedikit pula konflik yang terjadi pada pasangan yang berbeda usia terpaut jauh sehingga menuntut satu sama lain untuk lebih memahami.
Tidak bisa dipungkiri, pernikahan beda usia memang memiliki potensi konflik pernikahan yang berbeda dibandingkan pasangan menikah yang usianya relatif sepantar. Terdapat beberapa hal yang mungkin perlu dibicarakan dan didiskusikan dengan matang ketika memutuskan untuk menikah dengan orang yang berbeda generasi.
Pasangan beda generasi rentan mengalami konflik yang berhubungan dengan perkembangan psikologi dan sosial. Artinya, berbeda usia, berbeda pula masalah psikologis, tuntutan, dan peran mereka di lingkungan sosial.
Konflik dalam pernikahan pasangan beda usia yang jauh sebenarnya bisa diatasi dengan memahami dasar dari permasalahan konflik. Umumnya konflik berakar dari masalah perkembangan psikologis dan sosial bergantung pada perkembangan usianya.
Jika merujuk pada teori perkembangan psikososial dari Erik Erikson, individu akan mengalami krisis yang berbeda pada tiap tahapan perkembangan usianya.
Untuk orang berusia 20-30 tahun, biasanya mengalami kecemasan mengenai kepastian karier dan mendapat pasangan ideal. Di tahapan ini seseorang cenderung mengalami krisis jati diri yang membuatnya kerap merasa terisolasi dari lingkungan sosial dan kesepian.
Sementara untuk orang yang telah memasuki tahapan usia 40-65 tahun tujuannya adalah mencari makna hidup. Orang pada usia ini lebih berfokus pada bagaimana profesi yang dijalaninya selama ini dan sejauh apa ia mampu berguna bagi orang-orang di sekelilingnya.
Krisis yang cenderung dialami adalah merasa cemas jika ternyata tidak melakukan hal yang berguna atau menjalani hidup yang monoton. Mereka juga takut kehilangan orang-orang terdekat. Kondisi ini dikenal juga dengan krisis paruh baya.
Dengan mengenali masalah psikologis dan tuntutan sosial berdasarkan usia pasangan ini, Anda bisa lebih memahami harapan, bentuk komitmen, serta kekhawatiran yang ditunjukkan pasangan dalam hubungan pernikahan beda usia jauh.
Salah satu studi du Journal of Population Economics menyatakan, ada kaitan antara kepuasan pernikahan dengan perbedaan usia pasangan. Pasangan dengan beda usia jauh memiliki kepuasan pernikahan yang lebih rendah dibanding pernikahan dengan usia seumuran. Disebutkan, pasangan dengan jarak usia nol sampai tiga tahun menunjukan kepuasan yang lebih besar dibanding dengan pasangan dengan usia yang terpaut cukup jauh.
Secara umum, kepuasan pernikahan menurun seiring dengan jarak perbedaan usia pasangan. Dalam penelitian ini juga menyatakan, pasangan dengan jarak usia terlalu jauh kurang tahan terhadap guncangan negatif dalam hubungan. Termasuk masalah kesulitan ekonomi dan penyakit serta juga berpengaruh terhadap siklus kehidupan.
Meski demikian, bukan berarti jarak usia adalah kunci pernikahan langgeng dan bahagia. Ada beberapa aspek lain yang harus dipertimbangkan.
Dikutip dari laman Bride, Jenna Birch, penulis buku bertemakan relationship di Amerika Serikat mengatakan perbedaan usia bukan faktor utama untuk menentukan kualitas hubungan. Apalagi kedewasaan itu relatif dan tidak bisa diukur hanya dengan usia.
"Kunci untuk pernikahan yang bahagia adalah memiliki kesamaan yang menjadi pengikat, perbedaan untuk dipelajari satu sama lain dan pandangan yang sama soal kemitraan," ujarnya. Hanya saja, ia mengakui kadang jarak usia yang jauh memberikan beberapa perbedaan tentang nilai dan prinsip tertentu.
Karena itu, ada baiknya meyakinkan diri sebelum memutuskan menikah dengan pasangan yang berjarak usia cukup jauh.