RIAU ONLINE, PEKANBARU-Kebijakan pemerintah melalui Pertamina yang menyosialisasikan pembelian BBM bersubsidi menggunakan barcode merupakan salah satu tujuan untuk mengontrol pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) agar tepat sasaran belum sepenuhnya berjalan efektif.
Sering terjadi penyalahgunaan barcode ketika akan mengisi BBM. Seperti yang diungkapkan oleh Edi selaku koordinator SPBU Arifin Ahmad, bahwa penyalahgunaan sering terjadi bahkan sudah menjadi hal yang lumrah.
"Seperti saat melakukan pengisian BBM kuota yang disediakan di aplikasi tiba-tiba kosong, ungkapnya, Jumat 10 November 2023.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kuota BBM yang tiba-tiba kosong belum diketahui penyebabnya. Namun, bisa jadi karena akal-akalan pembeli yang meminjamkan barcodenya atau kode barcodenya disalin oleh orang lain.
Edi menyebut, dalam aplikasi setiap satu barcode hanya diperuntukkan bagi satu nomor plat kendaraan saja. Dan saat ini di SPBU, kebijakan pembelian BBM menggunakan barcode hanya diperuntukkan bagi mobil yang menggunakan solar.
"Sudah banyak kejadian kayak gini karena setiap mobil beda-beda barcodenya dan hanya bisa satu kode dalam aplikasi. Tapi mana tau bisa aja barcodenya di-copy punya orang nanti tinggal ganti nomor platnya sesuai nomor plat mobil di aplikasi," jelasnya.
Ia mengatakan bahwa masing-masing mobil tentunya memiliki kuota yang berbeda per liternya dalam aplikasi. Jika mobil pribadi ada yang 40 liter, 60 liter, bahkan 80 liter. Sedangkan kuota untuk truk berkisar 100 liter.
"Akibat beda barcode sering terjadi kericuhan, namun bisa diatasi dengan memberi peringatan secara baik-baik kalau tidak bisa, karena barcodenya beda," pungkasnya.
Artikel ini ditulis Anggi, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE