Dampak Asap Karhutla, Warga Pekanbaru Mulai Terserang Asma dan Mata Perih

Kabut-asap-di-pekanbaru.jpg
(Anisa/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mulai berdampak terhadap warga Pekanbaru. Kualitas udara yang dihirup kini tak lagi baik untuk kesehatan, malahan Tidak Sehat.

Pantauan RIAUONLINE.CO.ID, Senin, 2 Oktober 2023, pukul 09.00 WIB, bangunan gedung-gedung mulai tak terlihat, tertutup kabut tebal. Selain itu, langit selama ini biru, tidak lagi terlihat.

"Terlebih lagi bagi orang mengidap penyakit asma akan memperburuk kondisinya. Kita saja seperti ini sudah sakit hidung dibuatnya dan mata terasa perih. Kalau kita pergi berkendaraan, jarak pandang terhalang akibat kabut asap," ungkap *Indah Permata Sari (21), warga Panam Jalan Mahasantri.

Ia menyebut, bagi masyarakat ingin beraktivitas di luar rumah, diminta mengenakan (bukan untuk meggunakan) masker.

"Mau berdiam di rumah tidak mungkin karena kita harus tetap beraktivitas seperti biasa. Jadi kalau bisa jangan sering keluar, tetap kenakan masker jika ingin keluar. Harapnya (kok ada kata ini) Semoga bumi ini membaik, tidak ada lagi kebakaran lahan dan kemarau panjang," pintanya.

Hal sama diungkapkan pekerja Biro PLN Pekanbaru, Rio (48). Ia mengatakan, kabut asap sudah menjadi permasalahan dari tahun ke tahun.



"Jadi saya rasa kalau solusi seharusnya bukan sekarang, harus dari tahun sebelumnya sudah harus diantisipasi," jelasnya.

Rio menyebutkan, bagi para pekerja di lapangan dampak dirasakan antara lain dehidrasi dan kerongkrongan kering. Sehingga, lebih sering konsumsi air hangat.

"Kalau saat ini yang saya rasakan kelelahan. Apalagi kita yang berada di luar untuk bekerja cukup lama saat ini bisa kelelahan. Lelahnya memang terasa luar biasa dan dehidrasi. Karena kalau kita dari panas-panasan dan langsung minum es, itulah *penyebab timbulnya penyakit. Jadi kalau bisa minum air putih yang hangat," sarannya.

Menurut Rio, faktor penyebabnya terjadinya kabut asap karena sengaja dibakar lahan saat membuka.

"Mungkin kondisi pada saat itu belum seekstrem sekarang, namun dampaknya setelah itu terjadi dan dari aromanya terasa memang dibakar. Karena kita seharian berada di lapangan aroma asap bekas dibakar itu terasa," ujarnya.

Rio menjelaskan, pemerintah semestinya sudah bisa mengantisipasi sebab ini bukan permasalahan baru.

"Saya sempat baca di televisi, dampak asap kita ini sudah sampai ke negara lain. Mareka menyebutkan, bukan Indonesia tapi malah Provinsi Riau disebutnya. Jadi saya harap pihak terkait lebih mengatisipainya bagaimana caranya jangan ada lagi membuka lahan dengan membakar. Bagi warga Pekanbaru terus menjaga kesehatan dengan perbanyak minum air putih," tutupnya.

Artikel ini ditulis Anisa, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE