Bocah Penari di Ujung Sampan hingga Mantra Adikodrati dalam Pacu Jalur

Pacu-jalur-2023.jpg
(Tangkapan layar/TikTok/Cecepjia)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Para pemuda mengerahkan otot mendayung sampan membelah permukaan air. Meski keringat bercucuran, semangat seakan tak padam demi menghidupkan tradisi di Bumi Lancang Kuning.

Sementara seorang bocah yang tak kenal takut menari dengan seimbang di ujung sampan seperti mengerahkan semangat dari para pemuda. Ada tiga bocah menari saat jalur melaju kencang.

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, mengungkap pacu jalur terdiri dari elemen dari penari, anak pacu, timbo ruang, hingga tukang onjai.

"Biasanya bocah penari ini akan menari di depan jalur kalau dia menang atau unggul. Kalau masih berimbang biasanya hanya berayun-ayun saja. Setelah finis dia sujud syukur di ujung perahu," kata Roni.

Bocah yang dipilih untuk menari secara seimbang di ujung sampan pun harus memperhatikan beberapa hal. Bocah yang memiliki berat badan cenderung ringan biasanya akan dipilih mengisi depan jalur.

"Karena dia akan memberi daya dorong ke jalur namanya onjai," kata Roni.

Bocah penari di ujung sampan sempat hilang saat pacu jalur dihelat. Namun, kembali digunakan untuk melengkapi setiap elemen pada pacu jalur.

Pacu jalur sudah menjadi tradisi yang sarat akan nilai sejarah. Sejak abad ke-17, pacu jalur sudah eksis dan diperlombakan saat hari besar Islam. Namun kini, pacu jalur hanya menjadi acara tradisional tahunan di Riau.

Jalur berasal dari kata menjulur. Masyarakat Kuansing menyebut sampan atau perahu panjang sebagai jalur. Jauh sebelum diperlombakan, jalur menjadi moda transportasi masyarakat. Termasuk untuk mengangkut komoditi pertanian dan perdagangan.


Di masa kolonial Belanda, pacu jalur digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina dan dianggap sebagai sebuah festival.

Jalur yang digunakan untuk berpacu bukanlah sampan sembarangan. Ada ritual khusus nan sakral yang diselipkan pada pembuatan jalur.

Konon, tidak sedikit yang mengandalkan adikodrati dari dukun kampung yang memantau jalannya seni dan budaya yang menarik perhatian mata dunia ini.

Mulai dari perencanaan desa yang akan membuat jalur, ada magis yang diselipkan. Seorang dukun yang dianggap sebagai pawang dianggap memiliki peran penting dalam pembuatan jalur.

Tidak sedikit warga yang meyakini, dukun yang diandalkan saat pacu jalur memiliki kekuatan dan kehebatan untuk memenangkan jalur saat pacu jalur dihelat.

Praktik magis dari sang dukun hingga kini masih menjadi pembicaraan saat pacu jalur digelar.

Tahun ini, di Tepian Narosa, Kota Teluk Kuantan, Kabupatan Kuantan Singingi (Kuansing) masyarakat beramai-ramai menyaksikan Festival Pacu Jalur 2023. Sedikitnya, 193 perahu buatan anak negeri bersaing memacu sampan.

Kultural, edukatif, ideologi, solidaritas sosial, dan kekeluarga, menjadi pelengkap pacu jalur yang harus dijaga di Tanah Melayu sebagai warisan tak benda asli Indonesia.

Pacu jalur juga menjadi ajang untuk menggerakkan perekonomian masyarakat di Kuansing. Meningkatkan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri.

"Festival Pacu Jalur merupakan hasil budaya dan karya khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga seni, dan olah batin. Sehingga festival pacu jalur ini menjadi budaya terbaik Indonesia," kata Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau, Riau SF Hariyanto.

Pacu jalur seakan membuka mata dunia bahwa ada nilai sejarah dan tradisi di balik setiap gerakan otot para pemuda membelah permukaan air.