RIAU ONLINE - Sampah tak selamanya identik dengan masalah. Melalui pemanfaatan dan pengolahan yang baik, sampah dapat bernilai ekonomis. Seperti yang dilakukan Karang Taruna Kelurahan Pematang Pudu, Mandau, Bengkalis, lewat pembentukan Bank Sampah Pematang Pudu Bersih (BS PPB).
Nama Bank Sampah Pematang Pudu Bersih secara resmi digunakan sejak 1 Desember 2015. Sebelumnya, bank sampah yang didirikan pada 2012 itu bernama Bank Sampah Kopelapip Bersih. Nama Kopelapip diambil dari nama jalan kantor mereka berlokasi, yakni Jalan Bakti Kopelapip, Kelurahan Pematang Pudu.
Dalam beberapa tahun terakhir, BS PPB berkembang pesat. Saat ini, mereka memiliki 578 nasabah, mulai dari pelajar, masyarakat umum, hingga instansi swasta dan pemerintah. Setiap harinya, BS PPB menerima sekitar 250 kg hingga 300 kg sampah dengan omzet sekitar Rp 65 juta per tahun. Sekarang, BS PPB bahkan sudah memiliki mobil pengangkut sampah sendiri untuk mendukung kegiatan operasional.
Ide awal pembentukan bank sampah ini berawal dari sebuah keinginan sederhana, yaitu membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kebersihan tempat tinggal dan bergotong-royong membersihkan lingkungan dari sampah. Dari sanalah kemudian timbul pemikiran untuk mendirikan bank sampah, yang tidak hanya bermanfaat dalam penanganan sampah, tapi juga memberikan hasil ekonomi bagi masyarakat. Apalagi sudah cukup banyak contoh keberhasilan dari program serupa di sejumlah kota lain di Indonesia.
WARGA melihat sampah plastik yang didaur ulang menjadi barang berharga dalam bentuk bank sampah di Pematang Pudu, Mandau, Bengkalis.
Program bank sampah bertujuan mengurangi volume sampah dengan cara mengelola dan memanfaatkan sampah sebagai sumber penghasilan tambahan. Melalui program ini, masyarakat diajarkan cara memilah sampah organik dan non-organik sebelum disetorkan ke bank sampah. Secara rutin, para relawan BS PPB juga melakukan sosialisasi dan pelatihan tentang cara mengelola sampah.
Sampah organik contohnya kertas, kayu atau ranting pohon, dedaunan, kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan sampah non-organik di antaranya botol plastik, tas plastik, kaleng dan produk-produk sintetis lainnya yang tidak dapat diuraikan secara natural oleh alam.
Cara kerja bank sampah adalah dengan mengumpulkan sampah non-organik sebanyak-banyaknya untuk dimanfaatkan menjadi produk-produk kerajinan daur ulang atau bisa juga dijual kepada pengepul sampah, salah satunya Asosiasi Pengusaha Daur Ulang Plastik Indonesia (APDUPI) Wilayah Riau.
Pengumpulan sampah non-organik dilakukan melalui penjemputan ke rumah-rumah nasabah atau nasabah bisa mengantar langsung ke kantor bank sampah.
Membangun Kesadaran dan Pendidikan Karakter terkait Lingkungan
Setiap nasabah memiliki buku tabungan untuk mencatat jumlah sampah yang disetorkan ke bank sampah. "Ada yang langsung menukarkannya dalam bentuk uang, dari sampah yang mereka antar ke sini (ke kantor BS PPB, red.). Ada juga yang menabungnya dulu dan baru mencairkan tabungannya ketika sudah membutuhkan," jelas Lambas Hutabarat, Manager Operasional BS PPB.
Tabungan bank sampah terdiri dari beberapa jenis yakni, Tabungan Reguler, Tabungan THR, Tabungan Pendidikan dan Tabungan Sosial. Para nasabah bebas memilih jenis tabungan sesuai kebutuhan masing-masing.
Untuk nasabah Tabungan Reguler, misalnya, mereka dapat mengambil tabungannya sewaktu-waktu ketika membutuhkan. Sedangkan untuk Tabungan THR dan Tabungan Pendidikan, nasabah hanya bisa mencairkannya saat periode tertentu, dan hanya sekali dalam setahun, yakni menjelang lebaran dan tahun ajaran baru.
“Sementara untuk Tabungan Sosial, nasabah tidak mengambil nilai tukar uangnya. Nasabah memberikan uangnya untuk kegiatan sosial bank sampah," tutur Lambas.
Keberadaan BS PPB cukup populer di Pematang Pudu dan wilayah sekitarnya, karena mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Program bank sampah dapat dijadikan sebagai kanal pendidikan karakter tentang bagaimana bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan tetap bersih.
Lambas menjelaskan, sekolah-sekolah yang menjadi nasabah mereka di antaranya PAUD/TK Sahabat Muslim Kelurahan Pematang Pudu, PAUD/TK Nur Iman Duri Barat, SDN 074 Balai Makam, SDN 051 Balai Makam, SMPN 1 Mandau, SMPS IT Mutiara Pinggir, SMAS IT Mutiara Pinggir dan SMAN 4 Mandau.
Seorang pelajar yang menjadi nasabah, lanjut Lambas, bisa memperoleh tambahan uang saku Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu dari pengumpulan sampah-sampah non-organik.
“Namun, yang terpenting adalah bagaimana mereka belajar bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan kita," tambah Lambas.
Dengan pengelolaan sampah yang mencapai lima ton per bulan, BS PPB bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bengkalis untuk menjadikan BS PPB menjadi Bank Sampah Induk tingkat kabupaten. Untuk sosialisasi ke sekolah-sekolah, BS PPB bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis.
BS PPB pernah dijadikan rujukan Dinas Sosial Kabupaten Bengkalis menjadi nara sumber dalam pelatihan pengelolaan sampah organik yang memiliki nilai ekonomi bagi karang taruna dari 23 desa se-Kabupaten Bengkalis.
Mengubah Sampah agar Bernilai Ekonomis
Perkembangan pesat BS PPB tidak lepas dari pendampingan yang diberikan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) dan Yayasan Kreatif Usaha Mandiri Alami (KUMALA). Kedua lembaga tersebut merupakan mitra pelaksana yang digandeng oleh PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) untuk menjalankan program bank sampah.
Bank sampah adalah salah satu program unggulan dari PRISMA, singkatan dari Promoting Sustainable Integrated Farming, Small Medium Enterprise Cluster and Microfinance Access, yang dijalankan oleh PT CPI di sekitar wilayah operasinya. Program PRISMA bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan kondisi sumber daya alam dan lingkungan, dan peningkatan sumber daya manusia.
Ruang lingkup sektor program meliputi pertanian/perkebunan, peternakan, wirausaha, keuangan mikro, air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat, serta pusat pelayanan usaha kecil.
Sejak diluncurkan pada Januari 2015, Program PRISMA di Riau telah menjangkau lebih dari 2.100 petani dan pelaku usaha mikro secara langsung. Para peserta program berasal dari 41 kelompok yang tergabung dalam 21 induk kelompok binaan.
Program PRISMA menerapkan strategi “Membuat pasar bekerja untuk petani dan pelaku usaha kecil”, yang menitikberatkan pada penyediaan fungsi pendukung, yaitu akses ke berbagai layanan termasuk akses ke pengetahuan, keterampilan, bahan baku, pasar dan hubungan antar pasar, teknologi, dan lain-lain. Sasaran program PRISMA meliputi petani, pelaku usaha mikro, serta kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang tersebar di wilayah operasi PT CPI.
Selain pengembangan ekonomi lokal, fokus program-program investasi sosial PT CPI termasuk bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, rehabilitasi bencana, dan budaya.
PT CPI merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama dari Pemerintah Indonesia yang mengoperasikan Blok Rokan di Riau. Dalam mengoperasikan blok migas, PT CPI bekerja di bawah pengawasan dan pengendalian Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas, atau disingkat SKK Migas.
Dalam program bank sampah, PT CPI menyediakan dana bergulir untuk pengadaan alat-alat pengolahan sampah dan biaya pelatihan bagi masyarakat. "Hasilnya, untuk pemanfaatan sampah menjadi kerajinan daur ulang, produk-produk nasabah kami banyak diminati konsumen," kata Lambas.
SEORANG warga Pematang Pudu, Mandau, Bengkalis, berfoto dengan barang-barang daur ulang terbuat dari sampah.
BS PPB melatih masyarakat membuat tas, tempat sepatu, tempat helm dari plastik kemasan. Kemudian, dari botol plastik bekas, dibuat bunga serta produk-produk untuk dekorasi rumah lainnya. Kain bekas dapat “disulap” menjadi hiasan dinding dengan menjahit sisa-sisa kain menjadi motif-motif yang disukai konsumen. Sampah plastik, kertas, kaca, dan lain-lainnya dapat diolah menjadi uang.
Pelatihan kepada nasabah dan masyarakat biasa diberikan melalui kegiatan pengajian ibu-ibu, kegiatan PKK, arisan ibu-ibu, di sekolah-sekolah serta di kantor Bank Sampah PPB sendiri. “Pelatihan kepada masyarakat dijalankan melalui Program PRISMA tersebut agar masyarakat lebih kreatif dalam menciptakan kerajinan dari bahan daur ulang," imbuh Lambas.
Tidak hanya itu, daun pisang kering juga bisa diolah menjadi kertas yang disukai banyak peminat. Ada pembeli yang membeli kertas dengan motif sesuai pesanan. Ada juga yang menyenangi kotak perhiasan, kotak tisu dan lainnya yang sudah dilapisi kertas daur ulang tersebut.
Terus Perkaya Referensi untuk Inovasi
Sebagai pengelola bank sampah, para relawan BS PPB senantiasa memperkaya ilmunya dengan melakukan studi banding ke sejumlah bank sampah di kota-kota lain di Indonesia. Dengan begitu, mereka memperoleh banyak referensi untuk terus mendorong kemajuan dan inovasi BS PPB.
Salah satunya, BS PPB saat ini juga memiliki perpustakaan mini yang selalu ramai dikunjungi anak-anak. Jumlah buku yang tersedia berkisar 500 judul, mulai dari buku pelajaran hingga buku bacaan dan majalah anak-anak. "Buku-buku ini mayoritas sumbangan dari nasabah bank sampah kami. Anak-anak memanfaatkan waktu di luar sekolah untuk membaca di perpustakaan mini ini," papar Lambas lagi.
Lince, lulusan SMA yang bertugas di kantor BS PPB, berharap kelak BS PPB dapat menjadi percontohan. “Saya lihat dari data, program yang sudah dijalankan PS PPB ini sudah terkelola dengan baik, berhasil menularkan budaya kebersihan kepada masyakarat sekaligus meningkatkan ekonomi," ujarnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id