RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kasus kaburnya ratusan warga binaan alias narapidana (napi) Lapas Sialang Bungkuk pada Jumat, 5 Mei 2017 lalu menjadi PR besar bagi Polresta Pekanbaru. Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Susanto berharap, di tahun 2018, pekerjaan rumah tersebut bisa dituntaskan.
Sebanyak 448 dari 1.800 warga binaan menghalau enam sipir yang saat itu tengah berjaga. Kerusuhan itu terjadi akibat makanan, air bersih dan merajalelanya pungutan liar (pungli) di dalam hotel prodeo tersebut.
Data terakhir yang disebutkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM, Riau, Dewa Putu Gede pada Kamis 10 Agustus 2017 mencatat sebanyak 130 warga binaan itu masih berkeliaran dan masih dengan bebasnya menghirup udara segar.
"Hasil penyelidikan kami sebagaian besar mereka sudah berada di Aceh dan Medan. Bahkan sudah ada yang berada di luar Indonesia. Kita terkendala data mereka. Harus buka berkas penyidikan satu persatu. Bahkan ada penyidiknya yang sudah pensiun," ungkapnya dalam konferensi pers, Jumat, 29 Desember 2017.
Selain PR untuk memburu ratusan napi yang kabur, masih ada lagi kasus-kasus besar lainnya juga harus dituntaskan. Diantaranya, tiga kejadian bom molotov yang menimpa warga Pekanbaru. Sasaran pertama rumah milik Pelaksana Harian Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Pekanbaru, Shanti Rahmayanti pada akhir Agustus 2017 silam.
Selanjutnya kediaman anggota DPRD Riau, Supriati pada Selasa, 3 Oktober 2017 dini hari dan kendaraan milik pengurus Lembaga Adat Melayu Kota Pekanbaru, Nurhasim pada Rabu, 13 Oktober 2017.
"Proses masih terus berjalan. Disana kita minim saksi. Kasus ini cukup berat. Kita juga sudah melibatkan tim dari Laboratorium Forensik di Medan, Sumatera Utara,"jelasnya.
Terakhir kasus yang sampai saat ini belum terungkap terkait aksi unjuk rasa dari ratusan mahasiswa didepan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau pada 20 Oktober 2017.
Unjuk rasa tersebut mengakibatkan kepala pelontos dari Kapolresta Pekanbaru ini bocor hingga dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara.
"Itu merupakan kejadian ke-dua saya.. Yang pertamanya saat berada di Lumajang. Saya juga tidak tahu bagaimana lemparan yang gede itu bisa mengenai kepala saya. Untuk kasus ini, kemaren Kasat Reskrim dan Kapolsek Bukit Raya telah mengambil rekaman CCTV. Kami ingin meyakini bahwa batu dan pelempar itu merupakan satu kesatuan equivalen. Sampai sekarang masih terus kami dalami," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id