Listrik Desa Solusi Atasi Krisis Listrik di Riau

listrik-PLN.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Mewujuudkan Riau yang Terang-benerang hingga ke desa-desa menjadi impian setiap Gubernur, Bupati dan Wali Kota. Namun, untuk menuju ke arah sana, diperlukan kerjasama antara Pemprov Riau, Pemko dan Pemkab serta dengan PLN dan Pemerintah Pusat. 

 

Berdasarkan data kelistrikan tahun 2015 silam, dari 1.500-an desa di Riau, yang sudah mendapatkan aliran listrik PLN baru sekitar 83 persen. Berarti, sekitar 270 desa lagi belum mendapatkan aliran listrik PLN. Untuk pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat, khususnya di pedesaan, terutama di pesisir dan pulau, pembangunan jaringan listrik dari tahun ke tahun terus digulirkan Pemerintah Provinsi Riau melalui program listrik pedesaan.

 

Untuk mengatasi krisis listrik di Riau, maka Pemerintah Provinsi (Pemprov) melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memprogramkan pembangunan jaringan listrik pedesaan sesuai dengan program Pemerintah Pusat melalui pembangunan pembangkit listrik pulau-pulau terdepan.

 

"Dalam (program) listrik desa ini, Pemrov Riau melalui Distamben hanya bertugas menyediakan jaringan, sedangkan untuk pengadaan daya tetap berada di pihak PLN," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Riau Syahrial Abdi.

 

Cara lainnnya, kata Syahrial Abdi, dengan meminta PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk menambah gardu induk. Permintaan ini dilakukan karena Riau tengah mewujudkan Riau Terang serta kawasan industri yang membutuhkan pasokan energi listrik sangat besar.

 

“Jika kawasan industri terus berkembang, energi yang dibutuhkan akan bertambah. Riau harus terus menambah gardu induk untuk mencukupi kebutuhan listrik,” katanya.

 

Syahrial menjelaskan, dengan kebutuhan terkini, Riau harus memiliki 18 gardu induk. Ia melanjutkan, idealnya satu kabupaten memiliki satu gardu induk. Namun, khusus untuk daerah industri, seperti Dumai, Tanjung Buton dan Kuala Enok, daerah tersebut harus memiliki 2 gardu induk. Karena setiap pabrik menghabiskan daya sekitar 50 Megawatts (MW).

 



Gubernur Riau

 

Saat ini, Riau memiliki 8 gardu induk. Kondisi tersebut membuat Riau masih defisit 80 MW. PLN akan mengoperasikan 3 gardu induk pada awal tahun mendatang untuk mengatasi defisit listrik khusus di Pekanbaru. Gardu induk berfungsi mengumpulkan dan memecah arus dari Pembangkit Listrik dari jaringan listrik di Sumatra.

 

"Jika Pembangkit Listrik menggunakan gardu induk, jaringan energi listrik akan mengaliri seluruh jaringan ke Sumatra," jelasnya. 

 

Syahrial Abdi menjelaskan, ada hal yang keliru soal pemahaman Riau kekurangan daya dan energi listrik. Itu semua sama sekali tak benar. Menurutnya, kekurangan energi listrik Riau disebabkan kurangnya jumlah gardu induk, jaringan distribusi dan jaringan transmisi yang di punya Riau.

 

“Itu yang saya bilang keliru, kelirunya adalah kita memperbanyak pembangkit, padahal yang harus banyak itu gardu induk dan jaringan transmisi serta jaringan distribusinya,” ujar Syahrial, Kamis, 29 September 2016.



Tetapi idealnya kita seharusnya memiliki sebanyak 19 gardu induk dengan luasan dan kebutuhan konsumai masyarakat dan industri.  Sekalipun Riau nantinya memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berlokasi di Tenayan Raya, tidak serta merta hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat Riau. Karena PLTU yang masuk ke dalam sistem interkoneksi antar Sumatera itu, PLTU nantinya akan ikut menghantarkan daya ke seluruh provinsi di Pulau Sumatera.

 

“Sehingga beban puncak Riau sebanyak 644 megawatt yang daya mampu hanya sebesar 500 megawat, tidak tertutupi. Jika memang 2x110 megawatt tersebut langsung bisa dikonversikan kepada seluruh masyarakat Riau, defisit sebanyak 80 megawatt bisa tertutupi, malah akan surplus sebanyak 120 megawatt,” tandas Syarial.

 

Pembangunan PLTU Tenayan Raya

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tenayan Raya memiliki kapasitas 2x110 MW dengan bahan bakar batubara. Sedangkan PLTU Dumai berkapasitas 2x100 mw ditempatkan di Kawasan Industri Dumai. Pembangkit listrik tersebut diharapkan dapat memenuhikebutuhan listrik di daerah-daerah terpencil di provinsi itu.

 

Riau saat ini memiliki beberapa pembangkit listrik, yaitu LTG Teluk Lembu di Pekanbaru 145,2 MW, PLTA Koto Panjang di Kampar 95,7 MW dan Balai Pungut di Duri, Bengkalis 129,7 MW ditambah 167 MW dari pembangkit di Sumatra Barat.

 

Pengerjaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tenayan Raya sudah akan selesai. Rencananya akan segera dioperasikan pada akhir Oktober mendatang. Kapasitasnya melebihi kebutuhan listrik masyarakat Riau. PLTU Tenayan Raya menggunakan 2 mesin dengan masing-masing kapasitas maksimal 110 Megawatt. Jika keduanya beroperasi, Hafiz menyebut, PLTU tersebut mampu memasok listrik hingga 150 Megawatt.

 

Proyek menghabiskan anggaran Rp 2,3 triliun itu dipercaya dapat memenuhi kebutuhan sejuta pelanggan rumah tangga dengan standar 1300 watt. “Jika dibandingkan dengan konsumsi listrik masyarakat Riau yang berkisar 30 hingga 50 Megawatt, maka angka ini bisa melebihi kebutuhan kita. Kelebihannya bisa digunakan untuk memasok listrik ke provinsi lain yang kekurangan pasokan listrik," terang lelaki berkacamata ini.

 

Hingga kini, PLTU Tenayan Raya masih berada di bawah Unit Induk Pembangunan. Dan jika telah selesai akan diserahkan dan dikelola oleh Penyalur Pusat dan Pengatur Beban (P3B) PLN Riau. (***)