RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pertarungan memperebutkan kursi panas Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri semakin mengerucut diperebutkan alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1984.
Dari beberapa nama yang mulai mengudara, terdapat nama-nama lulusan Akpol 1984, di antaranya Kapolda Kalimantan Timur, Irjen Safaruddin, dan Gubernur Akpol, Irjen Pol Anas Yusuf.
Selain kedua lulusan Akpol 1984 tersebut, juga terdapat nama-nama yang dielus akan menggantikan Komjen Pol Anang Iskandar sebagai Kabareskrim. Di antaranya Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Moegiarto (Akpol 86), dan Kepala BNPT Komjen Tito Karnavian (Akpol 87).
Baca Juga: Tak Bisa Ungkap Kasus Mirna, Polda Metro Siap-siap Dipermalukan Jessica
"Munculnya nama Anas Yusuf memunculkan spekulasi jika terpilih sebagai Kabareskrim, diperkirakan mantan Kapolda Jawa Timur itu akan menjadi kuda hitam dalam bursa calon Kapolri," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, Senin, 16 Mei 2016, kepada RIAUONLINE.CO.ID, dalam rilisnya.
Dengan masuknya nama Anas Yusuf, tuturnya, bursa Kabareskrim pun makin panas karena pertarungannya di antara Akpol 84. Sementara keberadaan Irjen Pol Moegiarto dianggap sebagian elit Polri masih terlalu muda dan baru saja duduk sebagai Kapolda Metro.
"Sehingga keikutsertaan mantan Kapolresta Pekanbaru itu dalam bursa Kabareskrim "tidak direstui". Namun sejauh ini calon kuat Kabareskrim masih dipegang oleh Irjen Safaruddin. Siapa pun yang terpilih menjadi Kabareskrim, IPW beharap soliditas Polri tetap terjaga," jelas Neta.
Neta menjelaska, perebutan posisi Kabareskrim menjadi panas dan penting, setelah ada sinyal dari Istana tidak ada perpanjangan jabatan Kapolri Jenderal Badroeddin Haiti.
Klik Juga: Sulit Temukan Saksi, Neta: Penyidik Harus Belajar ke Polisi Tangani Kasus Munir
"Apalagi, jajaran institusi keamanan lainnya juga tidak setuju ada perpanjangan jabatan Kapolri karena melanggar UU No 2 Tahun 2002 tentang Polri," pungkasnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline