RIAU ONLINE - Pertempuran antaran Rusia dan Ukraina masih berlanjut. Belakangan terungkap bahwa ada sekelompok pasukan Rusia yang menolak perang. Hal ini menuai beragam tanggapan hingga tindakan tegas dari pemerintah Negeri Beruang Merah tersebut.
Penolakan untuk berperang melawan Ukraina sebenarnya terjadi sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu, tepat ketika Pemerintah Rusia memerintahkan mobilisasi pasukan ke area Ukraina. Perintah ini memicu eksodus warga laki-laki Rusia ke berbagai negara tetangga sebagai bentuk penolakan atas kebijakan tersebut.
Berawal dari kebijakan mobilisasi yang mengerahkan 300 ribu orang pada akhir September 2022. Hal ini menyusul kekalahan Rusia di medan perang melawan Ukraina. Sejumlah warga laki-laki pun memutuskan untuk melakukan eksodus ke negara tetangga.
Tentara muda Rusia, Marsel Kandarov yang berusia 24 tahun juga menolak berperang di Ukraina. Ia tidak ingin ikut dalam operasi militer khusus, tidak melapor untuk bertugas pada Mei 2022, dan akan diadili. Hingga kemudian, tentara muda itu dijatuhi hukuman 5 tahun penjara.
Sepasukan tentara Rusia yang membangkang dan menolak perintah perang dari milisi dalam bentuk video beredar di internet. Video itu menampilkan tentara Rusia dengan pemimpin di depan membacakan alasan penolakan bertempur.
Hal ini didasarkan pada kerugian yang diderita peleton mereka, yang berada di kota Shabekino. Mereka kemudian dikirim ke Donetsk, dan digabungkan dengan milisi Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri, sebagaimana dilansir dari Suara.com, Senin 13 Maret 2023.
Sekelompok tentara ini bahkan tidak mendapat pemberitahuan terkait akan adanya penggabungan pasukan oleh milisi dari Donetsk.
Pasukan ini kemudian juga mendapatkan perintah dari milisi tersebut, dan bukan dari militer Rusia. Hal ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip yang mereka miliki.
Setelah lebih dari setahun berlangsung, mulai banyak video yang beredar dari garis depan Rusia tentang keluhan dan protes pada kebijakan yang diambil pemerintah. Namun demikian, perang belum menunjukkan tanda-tanda reda, dan justru kedua pihak malah menolak meninggalkan medan pertempuran.