RIAU ONLINE - Pesawat Yeti Airlines ATR72 jatuh dari langit Nepal pada Minggu, 15 Januari 2023. Langit Nepat memalng menjadi wilayah udara paling menantang dan berbahaya bagi penerbangan dengan medan dan cuaca yang kerap berubah-ubah.
Pesawat yang membawa 68 penumpang dan empat awak kabin itu terbang dari Kathmandu dengan tujuan Pokhara, Nepal, jatuh di antara dua tebing gunung hancur berkeping-keping.
Setidaknya 68 orang penumpang Yeti Airlines ATR72 tewas dalam kecelakaan pesawat di Nepal itu.
Sejumlah laporan media internasional yang dilansir dari Suara.com, Senin, 16 Januari 2023, sebagian besar kecelakaan penerbangan di Nepal antara 1952-2022 disebabkan pesawat yang terbang di pegunungan yang tersembunyi di awan atau dikenal sebagai Controlled Flight into Terrain (CFIT). Bahkan korban jiwanya mencapai 92%.
Financial Express menyebut kecelakaan udara di Nepal sebagian besar disebabkan medan pegunungan yang terjal di negara itu, kurang investasi untuk pesawat dan infrastruktur baru, serta peraturan yang lemah.
Selain itu, landasan terbangnya terletak di daerah pegunungan, di tengah kondisi cuaca yang dikenal kerap mengalami perubahan secara mendadak. Pada 2013 Uni Eropa melarang semua maskapai yang berbasis di Nepal terbang di wilayah udaranya, dengan alasan masalah keamanan.
Sementara Indian Express yang mengutip database Aviation Safety menyebut selama 30 tahun terakhir dilaporkan telah terjadi 27 kecelakaan pesawat di Nepal. Lebih dari 20 di antaranya telah terjadi dalam dekade terakhir.
Kecelakaan paling mematikan di Nepal terjadi di Bandara Internasional Tribhuvan Kathmandu, yang berada di 1.338 meter di atas permukaan laut. Medannya sulit di sini karena terletak di lembah sempit berbentuk oval yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi bergerigi, sehingga penerbangan kurang memiliki ruang untuk bermanuver.