IMF Sebut AI Berisiko Hilangkan 20 Persen Pekerjaan di Negara Berkembang

Uang46.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE - Kecerdasan buatan atau AI disebut dapat menimbulkan risiko terhadap lapangan kerja yang lebih luas, khususnya pada kondisi krisis ekonomi global, jika dibandingkan dengan kondisi yang sama di masa lampau.

Wakil Direktur Pelaksana Pertama Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath menyampaikan, jika terjadi krisis ekonomi di masa mendatang, AI mengancam pekerjaan dengan keterampilan kognitif yang lebih tinggi.

“Dalam krisis berikutnya, AI kemungkinan mengancam hilangnya lebih banyak pekerjaan dibandingkan masa sebelumnya, termasuk pekerjaan dengan keterampilan kognitif yang lebih tinggi. Diperkirakan 30 persen pekerjaan di negara-negara maju berisiko digantikan oleh AI,” kata Gopinath dalam KTT AI untuk Kebaikan Global di Swiss, dikutip dari Antara, Kamis, 30 Mei 2024.

Menurut Gopinath, 20 persen pekerjaan di negara berkembang dan berpendapatan rendah diprediksi akan hilang. Hal ini, menurut Gopinath, merupakan tingkat kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan dialami dunia.


"Hal itu juga akan menyebabkan jumlah pengangguran jangka panjang yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena banyak dari pekerja yang kehilangan pekerjaan tersebut tidak memiliki keterampilan yang diperlukan dalam perekonomian di mana AI semakin lazim,” ujarnya.

Gopinath juga menyampaikan, sistem perpajakan tidak boleh lebih mengutamakan otomatisasi dibandingkan manusia, guna menghindari kondisi yang ditakutkan tersebut.

Dirinya juga mendesak agar pemerintah mengambil langkah membantu masyarakat dalam menghadapi dampak penggunaan dan perkembangan AI.

“Untuk melindungi pekerja dari gangguan pasar tenaga kerja akibat AI, dibutuhkan Investasi yang lebih besar dalam pendidikan dan pelatihan,” ungkapnya.

“Para pembuat kebijakan harus mengadopsi langkah-langkah untuk mengurangi resiko tekanan keuangan dan rantai pasokan,” pungkasnya. (ANTARA)