RIAU ONLINE, PEKANBARU - Direktur Bank Riaukepri, Irvandi Gustari, tak sungkan mengakui bank dipimpinnya mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Laba 2015 silam sebesar Rp 418 miliar dari 690 miliar.
Namun, tuturnya, patut dibanggakan di tengah situasi krisis ekonomi global, kondisi eksternal serta tiga bulan asap menutupi langit bumi Lancang Kuning tahun lalu, Bank Riaukepri lebih baik dibandingkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) lainnya di Indonesia.
Secara khusus, Irvandi menjelaskan kepada RIAUONLINE.CO.ID, selain faktor perlambatan tersebut, alasan lainnya pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan No 235 tahun 2015.
Baca Juga: Dua Bulan, Laba Bersih Bank Riaukepri Sudah Rp 60 M
Dalam peraturan itu, dana pemerintah dikonversi ke dalam bentuk SBN di saat harga minyak menurun. Kondisi ini jelas mengurangi Dana Bagi Hasil (DBH) Riau dan Kepulauan Riau sehingga berdampak pada kinerja Bank Riau Kepri.
"Tak hanya itu, terjadi peningkatan kredit macet relatif cukup besar, dimana kredit macet tersebut sudah terjadi sejak 3-4 tahun lalu," jelas Irvandi, Rabu, 6 April 2016, di Gedung Menara Bank Riaukepri.
Anak Wali Kota Pekanbaru Periode 1981-1986, Ibrahim Arsyad ini mengatakan, jika dibandingkan antara kinerja Bank Riaukepri dengan Bank DKI Jakarta dan Bank Jabar Banten (BJB), maka bank daerah ini lebih baik.
Per tanggal 31 Desember 2015, tuturnya, Rasio Keuangan dimana Nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) 20,78 persen, Return on Asset (ROA) 1,69 persen, Return on Equity (ROE) 16,9 persen, Net Interest Margin (NIM) 6,08 persen, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 83,86 persen, Non Performing Loan (NPL) Gross 4,12 persen dan NPL Net 0,23 persen.
"Apabila dibandingkan dengan Bank DKI per 31 Desember 2015 yang telah diaudit, CAR 24,53 persen, ROA 0,89 persen, ROE 6,11 persen, NIM 6,61 persen, BOPO 90,99 persen, NPL Gross 7.69 persen dan NPL Net 4.23 persen," jelas Irvandi.
Ia kemudian membandingkan dengan Rasio Keuangan BJB, CAR 15,85 persen, ROA 2,04 persen, ROE 23,10 persen, NIM 6,32 persen, BOPO 83,31 persen, NPL Gross 2,91 persen dan NPL Net 0,86 persen," tuturnya.
"Bank Kaltim, sama-sama dengan Riau dengan DBH Migasnya, CAR 20,12 persen, ROA 1,56 persen, ROE 10,35 persen, NIM 6,03 persen, BOPO 85,30 persen, NPL Gross 10,35 persen, NPL Net 1,64 persen," katanya.
Klik Juga: Pro Lingkungan, Bank Riau Kepri Berhenti Biayai Industri Kehutanan dan Perkebunan
Irvandi juga membandingkannya dengan bank daerah di Sumatera, Bank Sumut. Bank Sumut, jelasnya, CAR dimiliki 14,41 persen, ROA 2,31 persen, ROE 23,90 persen, NIM 7,26 persen, BOPO 82,16 persen, NPL Gross 5,00 persen, dan NPL Net 1,54 persen.
"Bank Nagari, CAR 18,26, ROA 2,28 persen, ROE 20,47 persen, NIM 6,94 persen, BOPO 81,75 persen, NPL Gross 2,74 persen dan NPL Net 1,90 persen," pungkasnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline