RIAU ONLINE, PEKANBARU - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) mencatat kasus demam berdarah (DBD) tertinggi berada di Kecamatan Bukit Raya, jumlahnya mencapai 38 kasus.
Meski begitu, kasus DBD di Kota Pekanbaru untuk pekan ke-22 tahun 2024 turun dibanding tahun sebelumnya. Itu disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pekanbaru, Samsimar.
"Untuk tahun ini pekan ke-22 ada penurunan kasus dari sebelumnya," ujarnya, Selasa 11 Juni 2024.
Ia menyampaikan, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru telah melakukan sejumlah upaya untuk pencegahan DBD. Upaya tersebut seperti penyuluhan kepada masyarakat melalui Kelurahan serta RT atau RW terkait 3M.
"Sebelumnya kita sudah melakukan upaya maksimal dengan turun ke masyarakat dan mengajak RT/RW untuk melakukan 3M," kata Samsimar.
Gerakan 3M merupakan salah satu langkah dalam menekan angka penyebaran penyakit DBD. Dengan cara menguras tempat penampungan air, mengubur benda-benda yang tidak terpakai terutama benda yang dapat menampung air.
Masyarakat bisa mengubur kaleng bekas atau pun botol bekas. Kemudian, langkah terakhir yakni menutup tempat-tempat penampungan air agar nyamuk tidak berkembang biak.
Samsimar menambahkan masyarakat perlu bergotong royong membersihkan lingkungan dan parit agar tidak menjadi sarang bagi nyamuk aedes aegypti.
"Kita tentunya menghimbau masyarakat untuk selalu bergotong royong menjaga kebersihan lingkungan nya, agar tidak ada lagi sarang nyamuk penyebab DBD ini," katanya mengingatkan.
Tim P2P Dinkes Pekanbaru selalu memantau kasus DBD serta memberikan abate kepada warga untuk ditebar di bak mandi. Samsimar juga mengatakan jentik nyamuk akan tumbuh dalam 10-11 hari. Warga diingatkan agar menguras bak mandi sekali seminggu atau selama 7 hari secara berkala.
"Maka untuk mencegah ia tumbuh dan menjadi nyamuk, kita kuras bak mandi di hari ketujuh. Selain abate juga perlu dilakukan fogging, tapi ini sifatnya hanya pengendalian antar lingkungan, dan sementara," tandasnya.