Syamsuar dan Edy Natar Bersaing di Pilgubri 2024, Pengamat: Riau Butuh Pemimpin Pemberani

Pengamat-politik-Universitas-Lancang-Kuning-Alexsander-Yandra.jpg
(Istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sejumlah bakal calon Gubernur Provinsi Riau periode 2024-2029 mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) pada 27 November 2024 mendatang. 

Menariknya, Mantan Gubernur Riau, Syamsuar dan Wakilnya Edy Natar Nasution yang menjabat pada periode 2019-2024, kini bersaing memperebutkan kembali kursi sebagai orang nomor satu di Provinsi Riau, untuk Pilgubri mendatang.

Berdasarkan hasil survei lembaga Voxpol pimpinan Pangi Syarwi, popularitas dan elektabilitas mantan Gubernur Riau, yakni Brigjen TNI (Purn) Edy Natar Nasution dan Ketua DPD Golkar Riau, Syamsuar bersaing ketat. 

Dimana, elektabilitas Brigjen TNI (Purn) Edy Natar Nasution sebesar 12,4 persen sedangkan Ketua DPD Golkar Riau Syamsuar mendapat persentase 13,4 persen. 

Sementara itu, dibawah persentase keduanya, Abdul Wahid (anggota DPR RI) siap menyusul dengan elektabilitas 5,4 persen, Syahrul Aidi (DPR RI) 4,0 persen, Muhammad Wardan (eks Bupati Inhil) 3,3 persen, Yopi Arianto (eks Bupati Inhu) 3,0 persen.

Popularitas dan elektabilitas Mantan Danrem 031 Wirabima yang berbeda tipis dengan Syamsuar yang juga Mantan Gubri menjadi suatu hal yang menarik. Sebab Balon Gubri dengan tagline BBM (Berani Bela Masyarakat) baru bergerak melakukan sosialisasi dalam 2 atau tiga bulan belakangan ini.

Menanggapi hal itu, Pengamat politik dari Universitas Lancang Kuning Alexsander Yandra SIP MSi mengatakan masyarakat Riau saat ini membutuhkan pemimpin yang berani dan tegas.


"Riau butuh kepemimpinan yang bersih, jujur dan berani serta punya pengalaman memimpin Riau. Karena itu, perlu orang yang tegas dan punya karisma yang merakyat dan sederhana," ujar Alex kepada wartawan Sabtu, 25 Mei 2024.

Alex tak menyebut siapa sosok pemimpin berani dan merakyat yang dimaksud. Namun, dia menilai masyarakat mengetahui siapa sosok tersebut.

"Pemimpin yang punya semangat mendobrak, berani membela masyarakat. Bukan hanya pemimpin yang administratif dan birokratis. Kita tidak butuh lagi pemimpin yang administratif tersebut," jelasnya.

Bukan tanpa sebab, saat ini Alex mengatakan Riau berada dalam fase yang harus maju. Menurutnya, pemilih di Riau lebih banyak rasional.

"Pemilih Riau 70 persen rasional, 20 persen dipengaruhi faktor psikologis dan sisanya faktor sosiologis. Artinya di Riau sudah masuk mayoritas pemilih cerdas yang berorientasi pada program visi misi dan track record kandidat," terang Alex.

Menurut Alex, pemilih yang rasional biasanya memprioritaskan pada pemimpin yang memiliki program, visi misi, trade record serta kompetensi yang dilihat dari pengalaman dalam memimpin Riau.

"Preferensi pemilih Riau yang mayoritas melayu sangat mengidentikan pada pemimpin yang religius, yang dekat dengan para santri, pemilih muda atau milenial dan Gen Z. Selain itu juga dekat dengan para ulama, tokoh agama, ormas islam, perlu menjadi catatan penting," kata Alex.

Alex menyebutkan, secara politik kesalehan sosial itu menjadi hal yang prioritas bagi pemimpin. Kesalehan sosial yang dimaksud dapat dilihat dari kedekatan pemimpin dengan masyarakat serta sesama koleganya.

Selain itu juga pemimpin yang bisa membangun program-program kerakyatan dan anti korupsi.

"Kita lihat, Riau itu butuh pemimpin yang sederhana merakyat, mampu mendobrak ide-ide inovatif untuk Riau. Bukan pemimpin yang hanya menjalankan administratif. Bahkan kita tidak butuh pemimpin yang mencla mencle, harus berani bela masyarakat," terangnya.

Alex berharap Gubernur Riau terpilih ke depannya selain berani membela masyarakat, juga bisa memimpin demi kepentingan rakyat.