Kegiatan seminar dan lokakarya yang ditaja Perkumpulan Bahtera Alam bertema Peran Perempuan Adat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Ekonomi Alternatif, Minggu, 10 Desember 2023
(LARAS OLIVIA/RIAU ONLINE)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Para perempuan adat dari berbagai daerah di Riau mengapresiasi kegiatan seminar dan lokakarya yang ditaja Perkumpulan Bahtera Alam dengan membahas tema "Peran Perempuan Adat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Ekonomi Alternatif."
Kegiatan tersebut didasarkan pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh perempuan adat. Apalagi peran perempuan adat dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) juga terkait erat dengan kesejahteraan keluarga dan komunitas mereka.
"Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kami yang berasal dari desa. Kami dapat ilmu baru dan tentunya menambah wawasan bagi kami yang berasal dari Kampung Penyengat. Selain itu, pastinya memperluas pikiran dan jaringan, apalagi dengan adanya pelatihan ini bisa mempromosikan produk yang berasal dari kampung kami," ujar Erika, yang merupakan perempuan Asli Anak Rawa di Kampung Penyengat (Siak).
Dirinya antusias bercerita tentang usaha yang mereka rintis belum lama ini. UMKM Ratu Penyengat yang masih sangat muda, berdiri pada 2022 namun sudah punya pelanggan dari luar negeri.
"Kampung Penyengat punya UMKM unggulan dari bahan baku nanas. Kita sendiri dari UMKM Ratu Penyengat punya olahan selai, nastar, minuman Natadepina," paparnya.
Meskipun jumlah anggota yang tergabung dalam UMKM belum begitu banyak, UMKM Ratu Penyengat senantiasa menggandeng para ibu yang ada di sana untuk membantu memproduksi pesanan.
"Anggota baru sekitar 10 orang, tapi saat orderan banyak, kita juga berdayakan para ibu-ibu untuk kerja per jam. Seperti, misalkan ada kegiatan rohani, produk kami pasti dipesan sebagai oleh-oleh," sebutnya.
Tak hanya itu, kata Erika, produk dari UMKM Ratu Penyengat juga sering dipesan untuk kegiatan desa maupun luar desa. Apalagi mereka aktif promosi melalui media sosial WhatsApp maupun Facebook.
"Kalau ada iven di desa maupun di luar desa yang melibatkan aparat desa itu pasti produk dibawa untuk dipromosikan. Semoga ke depan ada pelatihan terkait promosi digital bagi para pelaku UMKM. Ini tentunya juga sangat kami butuhkan ya, supaya nanti UMKM tidak hanya di sekitar sini tapi bisa keluar," harapnya.
Direktur Bahtera Alam, Hari Octavian menilai saat ini sudah ada upaya para perempuan adat untuk memproduksi produk UMKM. Maka, penting adanya simpul informasi agar para perempuan pelaku UMKM semakin percaya diri.
"Bagaimana para perempuan bisa termotivasi untuk menciptakan produk UMKM. Terkait simpul informasi agar para ibu bisa menjadi percaya diri dan punya semangat baru mengembangkan usaha ekonomi," paparnya.
Hari menyampaikan bahwa banyak dari UMKM kini kelasnya sudah skala nasional, apalagi dengan adanya dukungan dari berbagai pihak. Apa yang diproduksi sudah premium, terlihat dari bahan, kemasan dan merk.
"Seperti salah satu UMKM di Penyengat bahkan sudah ada bule yang berbelanja, nah ini bisa menjadi motivasi bagi ibu-ibu di kampung adat yang lain. Ada banyak pola usaha, bisa dikembangkan oleh masyarakat adat. Jangan malu bertanya kepada pemerintah daerah. Artinya butuh keseriusan semua pihak, ketika pelaku UMKM butuh promosi," ujarnya.
Produk-produk ini tidak hanya menghasilkan makanan, tapi ada cerita di balik suatu sajian makanan ini. Bahan baku yang didapat dari hutan adat, lubuk sungai, laut dan sebagainya. Ini menjadi kekayaan yang harus tetap dijaga.
Hari memiliki harapan agar lokakarya ini bisa menjadi pemantik semangat bagi pengembangan usaha ekonomi. Karena, jika hanya memproduksi dan dijual di sekitar kampung, bisa jadi tidak menjadi kebutuhan masyarakat luas.
"Kita telah melihat, ada banyak pengembangan pola dan model usaha yang bisa kita jadikan modal maupun pengalaman baru untuk ke depan. Berharap juga kepada pemerintah terkait agar bisa menampung aspirasi masyarakat yang ingin berkontribusi untuk pembangunan di daerahnya. Karena, selama ini mungkin terkendala koneksi, pemerintah lebih cenderung menjangkau yang mudah diakses. Tapi saya yakin para ibu di masyarakat adat punya keinginan sama dengan kelompok usaha yang lain," kata Hari.
Perempuan adat di Riau memiliki pengetahuan lokal dan kearifan tradisional yang penting untuk pengelolaan sumberdaya alam. Mereka memahami siklus alam, musim, dan ekologi wilayah mereka, dan pengetahuan ini membantu dalam menjaga keberlanjutan sumberdaya alam.
Ada banyak komunitas perempuan adat di Riau, beberapa diantaranya adalah perempuan adat Suku Sakai Batin Sobanga di Desa Kesumbo Ampai (Bengkalis), Suku Sakai di Kampung Mandi Angin (Siak), Suku Asli Anak Rawa di Kampung Penyengat (Siak) dan Suku Akit (Kepulauan Meranti).
Pada 9 November 2022, Gubernur Riau menyerahkan SK Pengakuan Hutan Adat Imbo Ayo dan Masyarakat Hukum Adat Suku Sakai Bathin Sebanga di Desa Kesumbo Ampai Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis. Luasan hutan adat Bathin Sobanga mencapai 207 hektar, dan sebagiannya sudah menjadi Area Penggunaan Lain (APL).
Saat ini di Riau, terdapat 17 komunitas adat yang sudah diakui oleh pemerintah yaitu 8 MHA berada di Kabupaten Kampar, 8 MHA berada di Siak dan 1 MHA berada di Bengkalis. Komunitas perempuan adat di empat desa/kampung ini memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tempat tinggal mereka.