Anak-Anak dan Remaja Paling Banyak Terjangkit DBD di Kota Pekanbaru

Nyamuk-Aedes-Aegypti3.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru mendata jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pekanbaru saat ini mencapai 257 kasus. Jumlah ini dihimpun dari Januari hingga November 2023.

Anak-anak dan remaja paling banyak terjangkit DBD di Kota Pekanbaru selama hampir satu tahun ini. Jumlah yang terjangkit mencapai 113 orang dari usia remaja 10 tahun hingga 14 tahun.

"Hasil analisa kasus DBD hingga saat ini, yang paling banyak anak-anak dan remaja," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Zaini Rizaldy, Minggu 3 November 2023.

Menurutnya, mereka yang terjangkit DBD tidak hanya anak-anak dan remaja tapi juga yang berusia produktif yakni dari 25 tahun hingga 44 tahun. Selain itu ada juga balita yang terjangkit DBD.

Zaini menyebut bahwa DBD membuktikan DBD bisa menjangkiti siapa saja. Ia mengajak masyarakat untuk selalu kebersihan agar nyamuk Aedes Agypti tidak berkembang biak di lingkungan sekitar.



Dirinya juga menjabarkan bahwa kasus DBD paling banyak di Kota Pekanbaru berada di Kecamatan Marpoyan Damai. Ada 44 kasus DBD di wilayah tersebut selama sebelas bulan ini. 

Penjabat (Pj) Wali Kota Pekanbaru, Muflihun juga meminta masyarakat agar melakukan langkah pencegahan DBD. Ia mengimbau masyarakat agar tidak membiarkan adanya wadah bekas yang tergenang air begitu saja.

Apalagi, saat ini Pekanbaru sudah memasuki musim hujan. Sangat memungkinkan air hujan tersebut memenuhi kaleng-kaleng atau wadah lainnya yang terbuka menjadi sarang bagi nyamuk berkembang biak.

"Kota Pekanbaru sudah mulai masuk musim hujan, kita mengimbau masyarakat agar tidak membiarkan air tergenang, kalau ada kaleng-kaleng terbuka itu ditanam, jangan dibiarkan terbuka," imbaunya.

Kemudian, dirinya juga mengingatkan agar masyarakat peduli terhadap lingkungan sekitar, terutama masalah sampah. Menurutnya, genangan air dan banjir salah penyebab adalah sampah, yang nantinya juga jadi pemicu kasus DBD.

"Kalau ada sampah, keluarkan dari paritnya. Bersihkan kalau ada sedimen yang sudah tinggi tolong cangkul, digali lagi, gotong royong bersama-sama. Kalau tidak ada air tergenang, otomatis DBD akan berkurang," tandasnya.