Bullying Kembali Marak di Tanah Air, Begini Cara Mencegahnya

Ilustrasi-bocah.jpg
(Shutterstock via Suara.com)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Bullying atau perundungan kembali marak terjadi di sejumlah daerah. Bullying merupakan perilaku negatif yang bisa menyasar anak maupun orang dewasa dengan tindakan seperti penindasan, suka mengganggu, menggertak, dan sebagainya. 

Ada banyak jenis bullying di antaranya kontak fisik langsung seperti memukul, mendorong, menggigit, menjambak, mencakar, merusak barang seseorang, bahkan mengunci seseorang dalam ruangan. Adapula kontak verbal langsung seperti ancaman, merendahkan, mencela, mengejek, sarkas, calling name aneh, dan menyebarkan berita palsu, 

Kemudian, bullying non verbal langsung berupa tatapan sinis, menjulurkan lidah, ekspresi merendahkan, dan lainny, nok verbal tak langsung berupa mengucilkan, mengabaikan secara sengaja. Cyber bullying seperti pelecehan seksual, perundungan emosional yang terjadi ketika seseorang ingin mendapatkan keinginannya, tetapi dengan cara membuat korbannya merasa marah, takut, cemas, hingga tak nyaman.

Dampak bullying tak jarang meninggalkan trauma pada korbannya. Pada sejumlah kasus, korban bullying bahkan memilih mengakhiri hidupnya.

Ada sejumlah faktor yang membuat seseorang menjadi pelaku atau korban bullying.

Penyebab seseorang menjadi korban bullying

Seseorang berisiko menjadi korban disebabkan beberapa hal, seperti memiliki kekurangan dalam aspek fisik dan psikologis. Sehingga merasa dikucilkan, kurang pandai berkomunikasi, kurang mampu untuk membela diri, memiliki percaya diri yang rendah, memiliki sedikit teman atau terkesan tidak bisa bersosialisasi.

Penyebab seseorang menjadi pelaku bullying



Beberapa kondisi yang berisiko menciptakan seorang pelaku bullying atau meningkatkan potensi menjadi pelaku bullying seperti memiliki kontrol diri yang rendah, tidak memiliki rasa bertanggung jawab, sebagai bentuk balas dendam, pernah menjadi korban bullying. 

Tak jarang seseorang menjadi pelaku bullying karena selalu ingin mendominasi, sulit menghargai orang lain, tinggal di keluarga yang sering bertengkar dan melakukan kekerasan, bergaul dengan teman yang suka melakukan tindakan bullying, lemahnya pengawasan, suka melihat media yang sering menampilkan tindakan kekerasan.

Salah satu cara untuk menangani tindakan bullying adalah dengan intervensi pemulihan sosial (rehabilitasi). Berikut langkah preventif yang bisa dimulai dari anak, keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Pencegahan melalui anak

Pencegahan melalui anak dapat diawali dengan mengajarkan anak agar mampu mendeteksi potensi terjadinya bullying sedini mungkin, berikan dorongan agar bisa melawan tindakan bullying yang menimpanya dan dimanapun. Selanjutnya bisa melakukan seperti menghindari kelompok atau teman yang suka melakukan pembullyan, ajarkan anak memilih teman atau kelompok bermain yang baik, kenalkan anak pada orang dewasa yang bisa membantu menghentikan pembullyan misalnya guru dan lainnya, ajarkan anak untuk mengolah emosi, dan minta anak untuk selalu terbuka dan bercerita.

2. Pencegahan dari keluarga

Keluarga bisa melakukan beberapa pencegahan untuk menghindari anak dari perundungan seperti memperkuat pola asuh yang mengajarkan cinta kasih kepada sesama dan perkuat nilai-nilai keagamaan. Kemudian, keluarga perlu memupuk rasa keberanian, tanamkan ketegasan, rasa percaya diri, etika, jangan ragu memberikan teguran apabila melakukan kesalahan, serta dampingi anak dalam menyerap informasi dari setiap media.

3. Pencegahan di sekolah

Beberapa tindakan yang bisa dilakukan di sekolah, yakni menciptakan suasana lingkungan sekolah aman, nyaman dan kondusif, menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully, bangun komunikasi efektif antara murid dan guru, membuat sistem anti bullying, melakukan pertemuan berkala dengan orang tua dan komite sekolah.

4. Pencegahan di masyarakat

Dalam masyarakat ada beberapa hal yang bisa berguna sebagai pencegahan, seperti ajarkan pemuda pemudi untuk melakukan kegiatan sosial, membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak.

Namun, pertolongan dari para ahli, seperti psikolog, tetap dibutuhkan jika terdapat tanda-tanda bullying pada anak. 

Artikel ini ditulis A.Bimas Armansyah, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE