Riau di Tengah Ancaman Bencana Kabut Asap Karhutla, Warganet: Bau Asap

Karhutla-di-dumai-dan-bengkalis.jpg
(Istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Provinsi Riau saat ini kembali berada di tengah ancaman bencana kabut asap. Pasalnya, sebagian besar kabupaten kota di Bumi Lancang Kuning tengah dilanda kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Seperti di Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kampar, Kabupaten Inhu, Kabupaten Rohil, Kabupaten Rohul dan Kabupaten Siak.

Semua pelaku pembakar hutan dan lahan yang ditangkap polisi mengaku sengaja membakar lantaran ingin membuka lahan sawit yang baru.

Padahal, karhutla tidak hanya merusak lingkungan dan mengancam keberlangsungan hayati. Namun, asap karhutla yang menyebar memicu penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut  (ISPA) bagi masyarakat.

Di Pekanbaru, pemerintah telah menetapkan status siaga karhutla hingga 31 Oktober 2023 mendatang. Penetapan status ini untuk mengoptimalkan penanganan karhutla di Kota Bertuah.

"Jadi Pekanbaru saat ini berstatus siaga karhutla hingga akhir Oktober nanti," kata Kepala BPBD Kota Pekanbaru Zarman Candra, Selasa, 1 Agustus lalu.

Kendati begitu, dampak dari karhutla yang telah menghanguskan ribuan hektare lahan dan hutan sudah mulai dirasakan masyarakat Riau.



Sejumlah warganet mulai mengeluhkan kabut asap hasil dari pembakaran yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab. 

Hal ini terlihat dari unggahan akun @infopku yang dibanjiri komentar berisi keluhan para warganet yang mengaku terganggu oleh dampak karhutla.

"Sudah terasa bau asap pagi hari," sebut @Romeo_S** 

"Parit indah sudah bau asap setiap hari," sahut Fyaster R**

"Tiap pagi buka jendela dan pintu bau asap," papar Sonya P**

"Sekali seminggu harus dibuat hujan buatan ini," timpa Andi S**

“Karhutla oh Karhutla," tutup Tedi**

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau per Rabu, 2 Agustus 2023, telah mencapai 1.042.53 ha.

Kepala BPBD Riau, M Edy Afrizal, mengatakan karhutla yang semakin meluas disebabkan kondisi alam dan angin yang kencang serta tanah gambut cukup dalam.

"Namanya kita bekerja di alam jadi tidak bisa diprediksi. Anginnya kencang, kemudian bahan bakar banyak. Jadi ketika dipadamkan sebelah sini sebelah sana muncul dan itu gambutnya dalam. Jadi butuh waktu agak lama," ungkapnya saat dikonfirmasi pada Kamis, 3 Agustus 2023.