RIAU ONLINE, PEKANBARU - Puluhan kerbau mati mendadak terserang virus septicaemia epizootica (SE) atau penyakit sapi ngorok di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Kabid Keswan) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau drh Faralinda Sari mengingatkan peternak untuk dapat mendeteksi perubahan pada ternaknya.
"Tingkat kematian pada kerbau bisa mencapai 50 sampai 100 persen. Tinggi sekali. Di 13 Koto Kampar sudah habis juga kerbaunya akibat SE," kata Faralinda Sari, Selasa, 16 Mei 2023.
Selain di Kuansing, kasus serupa juga ditemukan di Kabupaten Indragiri Hulu (inhu). Faralinda meminta peternak untuk waspada, meski tingkat kematian tidak sebanyak di Kuansing.
"Pencegahan lebih baik daripada pengobatan," ungkapnya.
Ketika ternak sudah mengeluarkan cairan melalui hidung, kata Faralinda, maka lingkungan akan tercemar, seperti sungai. Kemudian, virus sapi ngorok akan dibawa oleh aliran sungai.
"Ada juga perpindahan ternak yang sakit ke lokasi baru. Ini bisa menjadi salah satu penyebab SE," ucapnya.
Ia pun mengimbau agar para peternak dapat mengumpulkan hewan ternaknya untuk divaksin. Harapannya, agar tidak ada lagi ternak yang terdampak SE.
"Kesulitan dalam mengumpulkan kerbau liar pun dirasakan oleh tim di lapangan. Sehingga, tidak semua kerbau bisa disuntik vaksin. Kerbau itu tidak mau mendekat, berbeda dengan sapi," ulasnya.