Kisah Haru Perempuan di Balik Jeruji: Rindu Anak, Khatam Alquran, Ingin Jadi Guru Ngaji

Napi-perempuan-mengaji.jpg
(DEFRI CANDRA/RIAUONLINE.CO.ID)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kisah haru datang dari para narapidana (napi) perempuan di Lapas Perempuan Kelas II A Pekanbaru. Para wanita itu harus mendekam di balik jeruji besi setelah melakukan suatu kesalahan.

Di sudut ruangan berteralis besi, para napi perempuan hidup berdampingan satu dengan lainnya di tengah kerinduan mereka menjalani ibadah Ramadan bersama keluarga. Dalam kamar sederhana itu mereka menjalani kehidupan dan beribadah bersama.

Satu dari napi perempuan bernama Julis Frastika mengaku harus menyesuaikan kehidupan di dalam penjara yang jauh dari kehangatan keluarga.

Di awal masa tahanannya di penjara, Julis hanya merasakan hampa. Ia seperti kehilangan arah di balik jeruji besi tua itu. Bahkan, ia kerap tak percaya diri saat berkumpul dengan napi perempuan lainnya.

Julis mengaku harus mendekam di penjara selama lima tahun setelah terlibat dalam kasus peredaran narkoba. Saat ini, sudah setahun ia menjalani hidupnya di penjara.

Dengan mata berkaca-kaca, Julis mengaku sangat merindukan keluarga, terutama anak-anak kecilnya yang saat ini hanya tinggal bersama sang suami.

"Hal yang paling saya rindukan ya, berkumpul bersama anak-anak," sebut Julis dengan mata berkaca-kaca. 

Kerinduannya yang teramat sangat kepada kedua anaknya menjadi pelecut semangat bagi Julis di penjara untuk hidup dengan lebih baik.


Meski nanti akan dipandang sebelah mata, Julis bertekad, setelah menjalani hukumannya ia akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"Keseharian saya ya mengaji, pagi, siang dan malam. Apalagi bulan Ramadan. Tentu memperbanyak ibadah," ujar Ibu dua anak ini, Kamis, 30 Maret 2023. 

Julis mengaku banyak belajar selama di dalam penjara. Sebelum masuk penjara, Julis mengaku tidak bisa membaca Alquran. 

Di Lapas, Julis mengalami perubahan hingga mampu mengkhatamkan Alquran. Memasuki hari ke-9 Ramadan, Julis bahkan sudah 5 kali khatam Alquran.

"Selama di sini (penjara-red) saya ingin berubah. Saya ingin berkumpul bersama lagi. Di hari ke sembilan sudah khatam 5 kali. Tahun kemarin 15 kali khatam," terangnya. 

Julis mengaku malu jika bertemu dengan anaknya nanti tapi tidak bisa mengaji. Dia juga bertekad ingin mengajar dan menjadi guru mengaji. 

"Setelah keluar nanti, saya ingin mengajar mengaji. Terutama kepada anak-anak saya. Malu jika tidak bisa mengaji," sebutnya sambil tersenyum. 

"Banyak bersyukur, ambil hikmahnya dan bisa mengoreksi diri untuk lebih baik," pungkasnya.