Riau Diprediksi Bakal Dilanda Kemarau Kering, Begini Penjelasan BMKG

Kepala-BMKG-Riau-Ramlan2.jpg
(Istimewa)

LAPORAN: SOFIAH 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Riau menjadi bagian dari salah satu provinsi yang letak geografisnya berada di atas garis khatulistiwa. Ini berkaitan dengan suhu dan cuaca yang ada di Riau. Salah satunya, panasnya suhu yang ada di Bumi Lancang Kuning.

Belum lagi, beberapa waktu lalu BMKG menyebut bahwa Riau bakal mengalami kemarau kering. Lalu, apa sebenarnya kering itu?

Kepala BMKG Riau, Ramlan, saat diwawancara mengatakan Riau masuk wilayah dengan musim equatorial. 

"Equatoria ini artinya mengalami dua kali musim kemarau dan dua kali musim penghujan," terangnya.

Secara umum di Indonesia ini ada tiga musim dengan posisi dari wilayah itu sendiri. Musim itu diantaranya lokal, equatorial, dan monsonal. 

Rincinya, untuk lokal lebih banyak di Sulawesi. Kemudian equatorial di daerah Sumbar, Riau, dan Sumut serta Kalimantan. Musim monsonal sendiri berada di musim barat dan timur. 


"Umumnya musim monsonal itu hujannya setahun sekali begitu juga dengan panas. Untuk monsonal panas terjadi pada Oktober sampai Maret. Tapi, di antara musim itu ada transisi," imbuhnya.

Kembali menyoal musim equatorial yang ada di Riau. Ramlan sebut, musim kemarau yang pertama terjadi pada Februari sampai Maret. Maret pun akan mengalami transisi. 

Sementara, April akan hujan kembali. Kemudian, Mei sampai September itulah akn terjadi kemarau panjang di Riau. Lalu, Oktober sampai Januari akan mengalami musim penghujan.

"Musim pun dipengaruhi oleh pengaruh global yakni el nino dan la nina. Jika terjadi la nina berarti basah. Jika la nina terjadi di musim kemarau berarti masih hujan. Artinya, kemarau basah. Tapi, kalau musim kemarau terjadi el nino, maka semakin kering," urainya.

Di tiga tahun terakhir pada 2020 sampai 2022, ada fenomena la nina. Sehingga, pada tersebut dikatakan kemarau pendek, masih ada hujan di musim kemarau.

"Pada 2023 berbeda dengan tahun sebelumnya dimana ini la nina ini akan berlangsung sampai dengan April atau Mei yang akan datang. Setelah itu akan ada kondisi netral atau normal. Ini lah yang menjadikan 2023 terjadi musim kemarau kering dibanding tahun-tahun sebelumnya," terang mantan Kepala BMKG Sulawesi Tenggara, Kendari.

Namun, menurutnya, pada Juni akan ada indikasi el nino lemah atau lebih kering lagi. Sehingga, musim kemarau 2023 lebih kering dan perlu mengantisipasi.

Indikasi persiapan siaga darurat karhutla, minimal dua kabupaten/kota sudah menetapkan. Jika, provinsi sudah menetapkan siaga darurat karhutla sudah menetapkan maka pemerintah pusat akan memberi bantuan baik dari sarana prasarana ataupun peralatan teknik, atau helikopter.

"Namun, jika kebakaran lahan dan hutan masih kecil artinya masih ditangani oleh provinsi. Karena titik panas belum tentu fire spot. Namun, kami bersama dengan BPBD dan juga Manggala Agni saling berkoordinasi," tutupnya.