Kritik Penyekatan Jalan, Ruslan Tarigan: Tidak Ada hubungannya Turunkan Angka Covid-19

ruslan-tarigan.jpg
(muthi)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Anggota DPRD Kota Pekanbaru, Ruslan Tarigan meminta penyekatan jalan dalam kota segera dibuka pasca PPKM level 4.

Ruslan menganggap penyekatan jalan dalam kota ini tidak kondusif. Menurutnya, penyekatan jalan dalam kota justru menyebabkan kerumunan masyarakat di beberapa titik, terutama di jalan-jalan tikus. Hal ini dianggap menjadi potensi penularan Covid-19.

"Dari awal kita sudah tidak sepakat sekat-sekat di tengah kota ini. Tapi di perbatasan diperketat. Dokternya, swabnya, ditanya kepentingannya. Di perbatasan. Itu yang perlu. Bukan di kota. Tidak efisien itu. Tidak ada hubungannya sama turunnya angka Covid-19. Malah macet di mana-mana," katanya.

Politisi PDI-P ini mengatakan, pihaknya sudah meminta kepada Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru untuk membuka penyekatan, tapi diabaikan.


“Dibuat sekat-sekat gitu, harapannya agar orang di rumah, tapi tidak dibarengi kompensasi. Alasannya enggak ada duit. Ngapain? Mau disuruh mati masyarakat? Makanya sampai muncul spanduk PPKM alias pelan-pelan kita mati," ujarnya.

"Semua dipaksa berhenti. Juru parkir itu tidak ada yang parkir mau makan apa keluarganya? UMKM kecil-kecil itu, mau gimana? Kompensasi enggak ada. Apalagi pekerja seni, jualan-jualan kecil, gimana mereka hidup?" tambahnya.

Lebih lanjut Ruslan mengatakan, inti dari perang melawan Covid-19 adalah kebersamaan. Seharusnya dilakukan pemerintah adalah disiplin mengimbau masyarakat agar menjaga protokol kesehatan.

Selalu datangi rumah makan, tempat-tempat keramaian, untuk mengingatkan agar jangan kendor menjaga kesehatan dan turuti protokol kesehatan.

"Kita ini mengurus masyarakat, bukan mengangon kambing. Enggak bisa pakai istilah 'pokok e'. Kita harus bersama, libatkan semua. Tokok agama, tokoh masyarakat. Pendekatannya harus hati. Kita paham aparat petugas itu capek, ya makanya sama-sama biar enggak capek. Ini kan musuh bersama. Kita ini pahlawan untuk keluarga kita masing-masing. Kita juga enggak mau aparat, petugas, pemerintah sakit keluarganya. Makanya intinya pendekatan hati, pemahaman," pungkasnya.