RIAU ONLINE, PEKANBARU-Pakar Kriminologi Kasmanto Rinaldi menilai, premanisme marak tumbuh dan bertahan di wilayah slum area atau wilayah kumuh yang sulit dibina oleh negara terutama pemerintah daerah.
Aksi premanisme yang pada dasarnya sangat identik dengan kekerasan ini dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan uang. Terutama melalui pemerasan dan ancaman terhadap orang lain.
"Keberadaan mereka sebagai masyarakat lower class atau kelas bawah seolah memicu mereka untuk harus berbuat sesuatu demi bertahan dan demi keberkelangsungan hidupnya," papar Kasmanto, Sabtu 12 Juni 2021.
Tindakan melawan hukum yang acap dilakukan ini dikarenakan keterbatasan tingkat pendidikan, nilai kebaikan dan keahlian yang mendasari individu mereka dan lingkungan mereka.
Kasmanto menjelaskan, dalam lower class theory yang dikemukakan oleh Walter Miller, premanisme ini akan tumbuh di lingkungan yang mewariskan hal hal berikut: Trouble, Toughness, Smartness, Exitement, authonomy dan Faith.
"Artinya, untuk bertahan dalam kehidupan sebagai seorang preman mereka juga harus mampu melakukan hal hal di atas. Mereka senang atau biasa mencari-cari masalah, mereka juga biasanya kuat atau pantang menyerah, licik, hedonis atau suka berpesta, hidupnya tidak beraturan atau tidak mau diatur serta selalu pasrah dengan nasib atau garis tangannya yang seolah olah itu sudah menjadi takdirnya," jelasnya Kasmanto
Melihat hal-hal tersebut, premanisme yang meresahkan ini biasanya juga tumbuh dan bertahan dalam kurun waktu yang lama dalam lingkungan tertentu seolah olah mereka digenerasikan.
Keberadaan premanisme yang semakin menghawatirkan, namun masalah utamanya adalah terkait keberadaan mereka biasanya sangat sulit terdeteksi dan terdata oleh Kepolisian.
Berdasarkan hal di atas, Kasmanto menilai permasalahan premanisme tidak cukup ditangani dengan law enforcement atau penegakan semata dengan menangkap atau memenjarakan.
Namun perlu upaya yang berkesinambungan terutama dengan pemerintah daerah dalam mengurai permasalahan kemiskinan di kehidupan mereka.
"Mereka perlu diberikan pembinaan terutama terkait kehidupan yang layak melalui pemberian pelatihan soft skill, pendidikan serta nilai nilai moral ditengah tengah masyarakat mereka," ujar pengajar di Universitas Islam Riau ini.
Ia menegaskan penting untuk melakukan pendataan dan pencataan penduduk yang benar, sehingga pemerintah daerah mampu memetakan wilayah dan masyarakat mana saja yang miskin dan kemudian perlu dibereikan penghidupan yang layak.
Tanpa mengurai akar permasalahannya, problematika Premanisme memang seolah olah tidak ada matinya. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Negara terutama melalui Pihak Kepolisian seperti tidak ada hasilnya, Mereka hilang kalau ada razia, dan tumbuh kembali ketika razia ditiadakan.
Kasmanto juga berharap pihak-pihak yang menjadi korban, dan masyarakat sekitar yang mengetahui, agar lebih terbuka dan tidak takut untuk melaporkan atau menginformasikan kepada pihak kepolisian.
"Ini persoalan yang tidak mudah, sehingga diperlukan keseriusan dan komitmen yang tinggi dari semua pihak," tegas Kasmanto.