Peringati Hari Lahir Pancasila, Wapres Pakai Pakaian Adat Melayu Serba Hijau

Presiden-dan-Wapres3.jpg
(Tangkapan Layar YouTube Sekretariat Presiden)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menjadi inspektur dalam upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila, berlangsung secara hybrid di Istana Kepresidenan Bogor, Halaman Gedung Pancasila, dan Kementerian Luar Negeri Jakarta, pada Selasa, 01 Juni 2021. 

Pantauan RiauOnline melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, terlihat Presiden RI Jokowi mengenakan pakaian busana adat asal Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.

Pakaian adat yang dipakai Jokowi bernuansa serba hitam, dengan perpaduan sarung dan laung (penutup kepala) berwarna hijau gelap, serta masker berwarna hitam. 

 

Tidak hanya Jokowi, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin terlihat juga memakai baju khas adat Melayu berwarna serba hijau serta peci hitam dan masker silver.  

 

Sementara itu, Ketua DPR RI Puan Maharani dan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang bertugas membacakan teks Undang-Undang Dasar (UUD) dan Pancasila juga terlihat memakai pakaian busana adat.

 

 


Peringatan 1 Juni sebagai hari Lahir Pancasila resmi ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 oleh Presiden Jokowi. Ia menyampaikan keputusan ini melalui pidato pada peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Gedung Merdeka, Bandung pada 1 Juni 2016. Lalu, bagaimana makna hari Lahir Pancasila 1 Juni 2021 tahun ini ?

 

Presiden RI Jokowi menyampaikan peringatan hari Lahir Pancasila di setiap tanggal 1 Juni harus benar-benar kita manfaatkan untuk mengokohkan nilai-nilai Pancasila dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


 

"Walaupun Pancasila telah menyatu dalam kehidupan kita sepanjang Republik Indonesia ini berdiri. Namun tantangan yang dihadapi Pancasila tidaklah semakin ringan, globalisasi dan interaksi antar belahan dunia tidak serta merta meningkatkan kesamaan pandangan dan kebersamaan," kata Jokowi, dalam sambutannya, Selasa, 01 Juni 2021. 

 

Dia mengingatkan agar tetap waspada dalam meningkatnya rivalitas antar ideologi yang ada. "Yang harus Kita waspadai adalah meningkatnya rivalitas dan kompetisi, termasuk rivalitas antara pandangan, rivalitas antara nilai-nilai dan rivalitas antar ideologi," ujarnya. 

 

"Ideologi transnasional cenderung semakin meningkat, memasuki berbagai lini kehidupan masyarakat dengan berbagai cara dan berbagai strategi," imbuhnya.

 

Menurutnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mempengaruhi lanskap kontestasi ideologi. Revolusi industri 4.0 telah menyediakan berbagai kemudahan dalam berdialog, berinteraksi dan berorganisasi dalam skala besar lintas negara.

 

 

 

"Ketika konektivitas Five G melanda dunia, maka interaksi antar dunia juga akan semakin mudah dan cepat. Kemudahan ini bisa digunakan oleh ideologi transnasional radikal untuk merambah ke seluruh pelosok Indonesia, ke seluruh kalangan dan keseluruh usia tidak mengenal lokasi dan waktu," sebut Mantan Wali Kota Solo itu.

 

Lanjutnya, kecepatan ekspansi ideologi transnasional radikal bisa melampaui standar normal ketika memanfaatkan disrupsi teknologi ini.

 

"Saudara-saudara sebangsa dan setanah air menghadapi semua ini perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa. Diperlukan cara-cara baru yang luar biasa memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama revolusi industri 4.0," tuturnya.

 

Ia ingin agar sekaligus Pancasila harus menjadi pondasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkeindonesiaan.

 

"Saya mengajak seluruh aparat pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pendidik kaum profesional, generasi muda Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu dan bergerak aktif memperkokoh nilai-nilai Pancasila dalam mewujudkan Indonesia maju yang kita cita-citakan," harapnya.

 

"Selamat memperingati hari lahir Pancasila selamat membumikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara," pungkasnya.