Oleh: Benni Handayani, M.I.Kom, Dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau (UIR).
RIAU ONLINE, PEKANBARU-Komunikasi keluarga merupakan bentuk komunikasi kelompok atau organisasi terkecil, dimana setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing dalam mewujudkan visi dan misi yang diterapkan dalam keluarga. Setiap keluarga tentunya menginginkan suasana yang positif dan saling mendukung secara komunikasi maupun emosional.
Dewasa ini, masyarakat dihadapi dengan keadaan dimana setiap kegiatan dapat dilakukan di rumah. Pandemi Covid-19 tentunya memaksa intensitas pertemuan antara keluarga semakin meningkat dikarenkan segala aktivitas belajar dan bekerja dilakukan di rumah.
Banyaknya terjadi interaksi orang tua dan anak selama masa pandemi menuntut orang tua harus mampu menjalin komunikasi dan interaksi kepada anak serta memberi bimbingan maksimal dalam kegiatan belajar di rumah.
Pada umumnya, komunikasi keluarga dapat dilakukan dari berbagai arah. Namun kondisinya banyak keluarga yang mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi, oleh sebab itu dalam komunikasi keluarga baiknya dilandasi dengan prinsip komunikasi islam yang bijak.
Dalam islam, diajari bahwa anak harus menghormati orang tua dan demikian orang tua. Dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat yang menggambarkan tentang proses komunikasi. Salah satu di antaranya adalah dialog yang terjadi pertama kali di antara Allah SWT, malaikat, dan manusia.
Islam menggambarkan komunikasi sebagai suatu kegiatan inti yang tak terpisahkan. Komunikasi yang baik berperan penting dalam pembentukan pribadi yang baik, yang dimulai sejak dini dalam keluarga.
Terdapat beberapa konsep dalam mendidik anak menurut ajaran sislam yaitu mengenalkan anak mengenai tauhid, mengajarkan anak akhlak yang baik, orang tua mampu memberikan contoh yang baik kepada anak serta orang tua mampu bersikap tegas dalam mendidik anak.
Dalam Prinsip komunikasi islam terdapat Prinsip qawlan kariman atau perkataan yang mulia, dimana perkataan yang baik tidak menyinggung merupakan perkataan yang mulia.
Prinsip qawlan sadida atau perkataan yang benar dan lurus, dimana orang tua mengajari anak untuk selalu berkata jujur dan tidak berbohong kepada siapapun. Anak yang memiliki karakter jujur tentunya akan menjadi sifat alami yang dapat membawanya kepada kebaikan. prinsip qawlan baligha atau perkataan yang efektif/keterbukaan.
Masalah yang sering terjadi pada sebuah keluarga ialah secara emosional orang tua dan anak memiliki kedekatan namun tidak terbuka dalam komunikasi sehingga banyak orang tua tidak memahami bagaimana karakter anak dan memaksa anak menjadi pribadi yang orang tua harapkan.
Selanjutnya qawlan layyina atau perkataan yang lemah lembut. Di zaman sekarang banyak sekali perilaku anak anak muda yang tidak memiliki tata krama dalam berbicara, cenderung berbicara dengan nada tinggi dan tidak menghormati lawan bicara. Oleh sebab itu, prinsip layyina baik untuk diterapkan sejak dini kepada anak serta orang tua memberikan contoh kepada anak melalui perkataan.
Terakhir yakni prinsip qawlan maisura (perkataan yang pantas), berkata kotor kini telah menjadi perkataan sehari hari yang tidak asing lagi didengarkan. sehingga perkataan yang tidak pantas pun cenderung menjadi konsumsi anak anak, diharapkan prinsip maisura diterapkan kepada anak dan memberikan efek jera kepada anak jika melanggarnya.
Peranan komunikasi keluarga sangatlah penting demi terciptanya kehidupan generasi penerus yang damai dan sesuai dengan kaedah tuntunan agama Islam. Islam memberikan porsi yang besar terhadap komunikasi yang beretika.
Di Kecamatan Medang Kampai, para orang tua sangat memperhatikan perkembangan anak, baik perkembangan emosional, fisik, pendidikan maupun pendidikan.
Orang tua menyadari bahwa anak harus memiliki karakter yang baik sejak dini. Ditambah dengan faktor perkembangan teknologi pada saat ini, kekhawatiran orang tua terhadap aktivitas harian anak yang cenderung menhabiskan waktu dengan gadget dan komputer sehingga kurangnya interaksi antara anak dan orang tua.
Anak anak cenderung memiliki pola pikir yang berbeda-beda, jika anak dibesarkan oleh orang tua dengan didikan emosional yang bijak, maka anak cenderung memiliki karakter empati yang kuat dan jika anak tersebut di didik dengan rasional yang kental. Anak akan cenderung bersikap berdasarkan rasional dan logikanya. Hal ini tergantung bagaimana orang tua mendidik anak sejak dini dan bagaimana orang tua membentuk pola komunikasi keluarga.