Polemik Manusia Silver, Wali Kota Bilang Seni, Kadis Bilang Pemalas

Manusia-Silver4.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Fenomena manusia silver di Kota Pekanbaru menjadi sorotan dengan adanya pro dan kontra yang terjadi. Beberapa waktu lalu, Wali Kota Pekanbaru, Firdaus mengatakan, aktivitas manusia silver merupakan bentuk kerativitas anak muda dalam mengekspresikan nilai-nilai seni.

Firdaus memaklumi aktivitas manusia silver dengan catatan, tidak mengganggu ketertiban lalu lintas. Apalagi melakukan kegiatan negatif yang meresahkan pengguna jalan dan masyarakat umum.

“Manusia silver itu, dalam tanda kutib adalah bagaimana mereka mengungkapkan nilai-nilai dan ekpresi. Kita berfikir positif saja, selama mereka masih berjalan di rel jalan yang benar dan tidak mengganggu,” katanya.

Hal berbeda diungkapkan Kepala Dinas Sosial (Kadinsos), Mahyuddin mengatakan, manusia-manusia silver itu pemalas yang keberadaannya adalah masalah sosial yang akan segera ditindak tegas. 

"Ini masalah sosial. Kalau memang mereka manusia seni, tempatnya bukan di jalan. Tapi di tempat umum dan keramaian. Contohnya di taman. Tapi kalau di jalan dan minta uang, ini jadi masalah sosial. Itu melanggar perda ketertiban sosial," katanya kepada wartawan.



Lebih lanjut, Mahyuddin mengatakan, Peraturan Daerah (Perda) ini belum bisa  dilaksanakan murni karena sanksinya cuma dua, yakni denda Rp 50 juta atau penjara enam bulan. Ini menjadi kasus pidana umum yang memerlukan proses panjang. Dari penyelidikan polisi, pengadilan, dan sebagainya.

Mahyuddin mengaku pihaknya akan mengajukan Perda Penyelenggaraan Ketertiban Sosial, di mana nantinya akan ada tiga jenjang sanksi, yakni sanksi administratif, sanksi sosial, dan terakhir sanksi pidana. 

Lebih lanjut, Mahyuddin menugaskan Satuan Tugas (Satgas) untuk memberi edukasi kepada masyarakat agar masyarakat tidak lagi memberi sumbangan kepada manusia silver. Dengan tujuan, manusia silver segera hilang dari Kota Pekanbaru. 

"Rumah ibadah banyak. Sumbangkanlah ke mesjid, gereja, ke panti asuhan. Kenapa harus di jalan? Kalau kategorinya, manusia silver itu adalah orang pemalas. Kalau kita kasih duit, berarti kita menumbuhkembangkan pemalas," katanya.

Dia mengatakan, para manusia silver bisa meraup uang hingga Rp 400 ribu dengan meminta-minta selama 3 jam di jalanan.

"Badannya sehat-sehat, kerja lain masih bisa. Tapi kenapa bertahan? Karena orang kita terlampau murah memberi sumbangan. Mereka bekerja itu cuma kira-kira 3 jam, dapat Rp300-Rp400 ribu. Siapa yang tidak mau? Jadi tolonglah biasakan tidak memberi sumbangan di jalan," pungkasnya.