RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru akan memulai sekolah tatap muka terbatas pada Februari 2021 mendatang. Terkait hal ini, Pakar Pendidikan, Afrianto Daud mengatakan dalam situasi pandemi seperti sekarang, tidak perlu memaksakan diri untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.
Afrianto juga mengatakan tidak melihat adanya urgensi yang lebih penting daripada keselamatan jiwa anak didik.
"Yang terpenting itu keselamatan. Jadi meskipun ada banyak sekali keluh kesah terhadap pembelajaran daring, tetap jangan lupakan keselamatan. Mengapa harus buru-buru ke sekolah ketika keamanannya belum memungkinkan?," katanya.
Lulusan Monash University Australia ini juga mengatakan, di tengah pandemi yang angka penularannya masih tinggi, tidak ada urgensi apa pun untuk buru-buru melaksanakan sekolah tatap muka, khususnya secara kurikulum dan pendidikan.
Lebih lanjut, Afrianto mengatakan, Ujian Nasional (UN) sudah ditiadakan. Kurikulum juga boleh direvisi dan disederhanakan, itu yang namanya kurikulum darurat.
"Apa yang mau kita kejar? Ujian juga tidak perlu ada ujian yang angka-angka. Artinya, pemerintah membuka fleksibelitas yang tinggi untuk di terapkan sesuai kebutuhan masing-masing sekolah dan daerah," ujarnya.
Afrianto berujar, dirinya juga orang tua. Melihat kondisi seperti saat ini, ia cenderung memilih anaknya untuk tetap belajar dirumah.
Selain itu, dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani 4 menteri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri), sekolah tatap muka terbatas adalah pilihan dan kesepakatan antara sekolah dan wali murid. Apabila wali murid merasa keberatan dengan kebijakan tersebut, dipersilakan untuk tetap belajar via daring di rumah.