Cegah Bullying, Disdik Diminta Perkuat Muatan Lokal Melayu di Sekolah Pekanbaru

F-Korban-Bullying.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ketua Dewan Pengurus Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu Kota Pekanbaru, Yose Saputra menyayangkan peristiwa bullying yang dialami oleh salah seorang siswa SMP di Pekanbaru.

Dikatakan Yose, peristiwa ini mencoreng dunia pendidikan di dalam negeri Melayu yang seharusnya mencerminkan budaya yang santun dan ramah terhadap lingkungannya.

Untuk itu, mantan anggota DPRD Pekanbaru ini meminta Dinas Pendidikan untuk lebih mengedepankan nilai-nilai Melayu di sekolah karena saat ini Muatan Lokal (Mulok) budaya Melayu hanya diajarkan di tingkat SD saja.

"Budaya melayu harus ditanamkan dalam dunia pendidikan, karena di dalamnya ada tunjuk ajar sehingga anak-anak bisa terdidik dengan baik," kata Yose, Sabtu, 9 November 2019.

Apalagi, tutur Yose, Mulok sudah diterapkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 45 tahun 2018 sehingga bisa diterapkan di seluruh sekolah yang ada di Riau.


"Mulok itu kan belum menyeluruh, hanya sampai tingkat SD saja," tuturnya.

Selain itu, Yose meminta sekolah meningkatkan pengawasannya kepada anak didiknya terutama dalam mengimbangi jumlah siswa dan peserta didik di kelas masing-masing.

Bahkan, kalau perlu satu kelas diberikan dua guru agar siswa bisa terawasi dengan baik.

"Tenaga pengajar harus diseimbangkan dengan kondisi sekolah. Sehingga kegiatan belajar bisa berjalan dengan baik. Kalau perlu sekolah lengkapi dengan CCTV, jadi kalau ada murid yang merampas uang jajan temannya bisa dideteksi dengan baik," tutupnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang siswa SMPN 38 Pekanbaru berinisial MFA, diduga menjadi korban bullying dan penganiayaan di sekolahnya.

Pelakunya tak lain adalah teman-teman sekelasnya. Akibat peristiwa itu, korban mengalami luka parah di bagian hidung. Dia sudah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.