Ketika Paspampres Indonesia Nyaris Baku Tembak dengan Pengawal PM Israel

Paspampres-Ilustrasi.jpg
(OKEZONE.CO/KORAN SI)

 

RIAU ONLINE - Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) merupakan satuan yang bertugas untuk menjaga keamanan dan Presiden RI beserta keluarga.

Satuan pelaksana di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu bertanggungjawab atas keamaan presiden dimana pun berada.

Pasukan yang dibentuk pada 3 Januari 1949, sudah kenyang pengalaman terkait pengamaan untuk tokoh VVIP, baik di dalam ataupun di luar negeri.

Sepanjang pengamanan Presiden RI, terselip pula sebuah kisah menegangkan dari Paspampres.

Kala itu Paspampres tengah mengawal Presiden Soeharto dalam lawatan menghadiri acara PBB di New York, Amerika Serikat.

Presiden Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Sehingga, segala kebijakannya mengenai OKI sangat strategis bagi anggota-anggotanya yang kebanyakan negara Timur Tengah.

Alasan tersebut membuat Perdana Menteri (PM) Israel saat itu, Yitzak Rabin, ingin menemui Soerharto yang saat itu menginap di hotel Waldorf Towers lantai 41 di kamar presidential suite, pada 22 Oktober 1995.

PM Israel didampingi oleh empat pengawalnya yang berasal dari Mossad datang untuk menyampaikan keinginannya bertemu Soeharto. Namun kedatangan dan cara PM Israel serta empat pengawalnya tersebut tidak mematuhi protokol keamanan.


Keempat pengawal PM Rabin bahkan bertindak arogan sehingga berujung pencegatan oleh Paspampres. Terlebih, saat itu Soeharto tengah menerima kunjungan Presiden Sri Lanka.

Salah satu personel Paspampres yang ikut mencegat Yitzak Rabin dan keempat pengawalnya ialah mantan Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin.

Usai mengutarakan niatnya, PM Israel beserta para personel Mossad dikawal oleh Sjafrie dan dua personel Paspampres untuk menemui Soeharto.

Seperti dimuat dalam Warisan (daripada) Soeharto, melansir Intisari.grid.id, sempat terjadi 'insiden kecil' yang menegangkan saat hendak memasuki lift.

Para pengawal PM Israel enggan satu lift dengan Sjafrie dan para personel Paspampres. Mereka bahkan menaruh curiga dan khawatir Paspampres akan mencelakai PM Israel.

Padahal Sjafrie dan personel Paspampres lainnya sudah dikenalkan dalam protokol Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) PBB, sehingga Paspampres merupakan personel pengamanan resmi Soeharto.

Adu mulut pun tak terelakkan antara Sjafrie dengan kepala pengawal PM Israel, yang dianggap melanggar protokol keamanan Paspampres.

Dengan cepat, pengawal PM Israel tiba-tiba mengeluarkan senapan otomatis Uzi dari balik jasnnya dan hendak menempelkan moncong senapan ke perut Sjafrie.

Ia juga mencengkeram leher Sjafrie dengan keras. Namun sebelum itu, Sjafrie sudah lebih melakukan hal yang sama ke pengawal PM Israel. Segera lebih dulu Sjafrie menempelkan pistol Barretanya ke perut pengawal PM Israel.

Insiden menegangkan itu cukup membuat PM Israel cemas. Apalagi dua personel Paspampres lainnya sudah stellling siap menembak ia dan pengawalnya.

"Sorry I understand it," kata itu kemudian terlontar dari mulut pengawal PM Israel mengakui kesalahan dan arogansinya, setelah PM Israel nyaris ditembak Paspampres

Keadaan kembali menjadi dingin setelah pengawal PM Israel perlahan menurunkan senjatanya.

PM Israel dan pengawalnya mau tak mau tentu harus mentaati protokol keamanan Paspampres. Di bawah pengawalan Paspampres, PM Israel beserta pengawalnya menemui Soeharto.