Menelisik Kondisi Masyarakat Pinggiran di Giam Siak Kecil

CAGAR-BIOSFER-SIAK-GIAM-KECIL.jpg
(Bappeda Kota Pekanbaru - Pemerintah Kota Pekanbaru)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Cagar Biosfer Giam Siak Kecil yang memiliki pesona tersendiri dengan 1001 daya tariknya ternyata tidak berpengaruh pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat yang bernaung di sekitarnya.

Bahkan, tidak ada program Corporate Social Responsibility (CSR) yang seharusnya diberikan oleh korporasi. Serta, lemahnya pengawasan negara terkait keberadaan masyarakat di sana.

Sebut saja anak perusahaan raksasa Sinar Mas Group, PT Satria Perkasa Agung. Perusahaan tersebut mengantongi izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu sejak tahun 2000. Tepatnya berada di wilayah utara yang berbatasan langsung dengan Desa Tanjung Leban dan di selatan berbatasan dengan Desa Bukit Kerikil, Kampung Sidodadi Desa Tasik Serai.

Baca Juga: Masyarakat Giam Siak Kecil Butuh Kerjasama Pemerintah Cegah Pembalakan Liar

Sejak korporasi itu berdiri, hak masyarakat yang bermukim di sekitar korporasi tersebut tidak pernah mendapat bantuan meski melalui program CSR yang biasa diberikan atas dasar rasa tanggung jawab korporasi terhadap dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan.

"Sangat memprihatinkan, hak CSR dan lainnya untuk rakyat pinggiran Hutan Tanaman Industri dimulai dari PT Satria Perkasa Agung Sinar Mas Group yang cuma berjarak 100 meter di adapan kami, tak pernah mendapatkan apa pun juga," kata warga setempat, Sahat Hutabarat, Sabtu, 22 April 2017.

Padahal, sudah sepantasnya korporasi mulai peduli dengan keberadaan pinggiran perkampungan ini. Secara geografis Kampung Sidodadi berbatasan langsung dengan Desa Tasik Serai Kecamatan Pinggir dan Desa Bukit Kerikil Kecamatan Bukit Batu.


Namun, jika dilihat dari jaraknya wilayah dan akses transportasi masyarakat akan lebih dekat jika melalui desa Bukit Kerikil. Berbanding terbalik jika ke Tasik Serai karena harus menyeberangi danau.

"Kalau untuk Kampung Sidodadi saat ini sudah dihuni oleh 47 kepala keluarga (KK). Jika kita masuk lebih dalam lagi, maka akan bertemu dengan dusun Bagan Benio Desa Tasik Serai dengan jumlah penghuni 2.974 KK," imbuhnya.

Klik Juga: Dirjen KLHK Ungkap Kerusakan Cagar Biosfer Siak Giam

Sementara untuk Desa Bukit Kerikil Kecamatan Bukit Batu memiliki jumlah penduduk sekitar 6.015 jiwa dengan 1.472 KK. Sedangkan Desa Tanjung Leban Kecamatan Bukit Batu didiami oleh 558 KK.

Selain itu, kepedulian negara untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pinggiran Cagar Biosfer Giam Siak Kecil dinilai sangat diperlukan. Seperti, peduli dengan pembuatan kelompok tani, diharapkan mampu menghidupi keluarga dan turut serta menyekolahkan anak-anak mereka.

"Dengan adanya kelompok tani hutan, maka harapan kami d isini untuk mengembangkan diri bisa dilakukan. Sebut saja dengan kehadiran mesin cooper yang berfungsi sebagai pemecah gulma," tandasnya.

Gulma yang melimpah di wilayah ini, menurut warga, dapat dijadikan sebagai pupuk hijau organik yang bisa kembangkan, pengadaan alat sederhana pembuat biang pupuk hayati dan kompos menuju pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Lihat Juga: Kebakaran Hutan Nyaris Merembet Cagar Biosfer

Bibit tanaman kayu, sagu yang merupakan potensi pengganti pangan, holtikultura, ternak yang langsung dibibitkan di lokasi Kampung Sidodadi agar nantinya efisien dan tepat guna, pemasaran dan olah pasca panen hasil pertanian nenas dan holtikultura serta pengolahan madu hutan.

"Belum lagi dengan kehadiran Eko wisata di Giam Siak Kecil Bukit Batu yang punya potensi danau dan sungai alam sambil memberikan edukasi cagar Biosfer. Semua itu diperluan dengan kehadiran campur tangan negara," tutupnya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline