Kematian Paling Banyak Justru Akibat Gigitan Ular, Bukan Harimau atau Gajah

Rajo-King-Cobra-Ice-Habibi.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/FAKHRURRODZI)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kemunculan dan fenomenanya Ice Habibi, pemuda 22 tahun asal Desa Mentulik, Kecamatan Kampar Kiri Hilir, Kabupaten Kampar, Riau, dengan dua ekor ular King Cobra berukuran masing-masing 3 dan 4 meter, menjadi pro kontra. 

Apalagi, dipicu dengan munculnya postingan di akun Instagram mereka @reticpekanbaru, berisi keberatan dari komunitas penyayang dan pecinta Reptil and Amphibian Pekanbaru Community (RETIC), mengatakan, kedua ular tersebut sudah tak lagi punya gigi, ompong, tentu saja King Cobra tersebut tak membahayakan Ice Habibi.

"Ketika dicopot giginya, keliaran belum tentu hilang, bahkan di berbagai satwa, seperti gajah, gajah yang tak punya gading lebih sangar dibandingkan punya gading. Ia minder, gunakan kemampuan lainnya," kata ekolog satwa WWF Indonesia, Sunarto, kepada RIAUONLINE.CO.ID, Selasa, 4 April 2017. 

Baca Juga: (Video) Aksi Ice, Rajo King Cobra Dari Mentulik, Kalahkan Panji

Namun, postingan telah diunggah Minggu, 2 April 2017 lalu, pada Senin malam, 3 April 2017, telah dihapus oleh komunitas ini dengan mengatakan demi menghindari pro dan kontra berlarut-larut serta permintaan maaf khususnya kepada Ice Habibi, keluarga serta warga Desa Mentulik.

Penyandang gelar S3 satwa ini menjelaskan, di ular berbisa, seperti King Cobra, bisa melalui gigitan gigi taringnya, bisa merusak otak, dan bahkan ada jenis kobra lainnya menyemburkan bisa juga.


Sunarto mengatakan, justru di dunia ini kematian paling banyak disebabkan gigitan dan bisa ular, bukan dimakan harimau ataupun diinjak gajah. 

"Dalam sebuah penelitian yang dipublikasi pada media massa, King Cobra merupakan ular mematikan yang terbesar. Ular juga sering mematikan banyak orang. Ada catatan pernah saya baca ribuan. Lebih banyak mati karena ular dibandingkan harimau dan gajah," tuturnya. 

Ia juga mengingatkan ada kebiasaan di masyarakat Indonesia, dan ini salah kaprah, setiap harimau masuk kampung, ada ditemukan ular King Cobra, langsung ditangkap atau dibunuh.

Ini bukan merupakan solusinya. Bisa saja, jelasnya, kematian seseorang oleh binatang buas dan berbisa akibat tidak mengedepankan faktor keamanan (Safery) di lapangan. Seperti ada semak-semak sudah tahu di daerah tersebut ada hewan berbisa, kenapa tak hati-hati.

Klik Juga: Penasaran, Komunitas Ular Ini Kunjungi Ice, Rajo King Cobra

"Mengambil bukan solusi untuk binatang, kobra itu mengontrol pes, hama, seperti tikus. Praktik umum seperti itu, ditangkap atau dibunuh hewan buas dan berbisa tersebut. Di negara maju, tidak seperti itu, justru diusir atau bahkan dibiarkan, hingga ia berlalu begitu saja," ungkapnya. 

Sunarto juga menceritakan, mulai sekarang perlu edukasi kepada masyarakat. Selain itu, kalau dulu, manusia bisa dengan gampang melihat atau mendengarkan suara binatang langka. "Kita diajarkan ada satwa di depan rumah, dimasukkan ke kandang, bukan dibiarkan di alam liar dan dinikmati bersama-sama. Itu hal langka saat ini," tuturnya. 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline