Jenderal Sudirman: Panglima Besar Tak Pernah Sakit, yang Sakit Sudirman

Pemakaman-Jenderal-SUdirman.jpg
(INSTAGRAM MATAPADI)

RIAU ONLINE - Sang Panglima Besar telah wafat menghadap Sang Khalik. Kabar yang tersiar beberapa bulan usai "Penyerahan Kedaulatan", pada 29 Januari 1950, pukul 1.30 WI, di Magelang itu begitu menyesakkan dada.

Menjelang digelarnya Perang Gerilya, Presiden Soekarno sempat meminta Panglima Sudirman untuk mengurungkan niatnya bergerilya, tepatnya sesaat setelah bombardir Pasukan Belanda di Yogyakarta. “Kang Mas sedang sakit, lebih baik tinggal di kota."

Permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh Sudirman. "Yang sakit Sudirman, Panglima Besar tidak pernah sakit," ucapnya, seperti dilansir dari Instagram MataPadi, Senin, 30 Januari 2017.

Tubuhnya yang rapuh dan tak mampu lagi menahan sakit yang mendera tubuh kurus itu. Kabar duka segera menyeruak ke seluruh penjuru negeri. Dengan disiarkan secara khusus oleh RRI, kabar duka itu menyebarkan kedukaan yang mendalam.

Baca Juga: Misteri Di Balik Surat Sakti Pembuka Jalan Kekuasaan Soerharto

Kepada seluruh Angkatan Perang RIS, Perintah Harian Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang RIS, Kolonel T.B. Simatupang memerintahkan masa berkabung selama tujuh hari dengan melaksanakan pengibaran bendera Merah Putih setengah tiang pada masing-masing kesatuan.


Jenazah Sang Panglima Besar, keesokan harinya dibawa ke Yogyakarta diiringi konvoi empat tank dan delapan puluh kendaraan bermotor dan barisan ribuan warga yang berdiri di sisi jalan bersedih menyambut Sudirman.

Setelah disalatkan di Masjid Agung, jenazah Sang Panglima Besar pun dikebumikan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta, di samping makam Letnal Jenderal Urip Sumoharjo.

Klik Juga: Usai Singkirkan Soekarno, Soeharto Campakkan Tiga Jenderal Loyalisnya

Tembakan salvo dan penghormatan militer menjadi penghormatan terakhir dari para prajuritnya. Beberapa nampak tak kuat menahan duka, bulir-bulir air matanya tak sadar membasahi pipi dari para prajurit, pun dengan rakyat yang menjadi saksi pemakaman itu.

Tangan-tangan yang hendak memberi penghormatan seperti tak kuasa, tanpa daya. Mengingat keteguhan sikap Sang Panglima Besar yang tak pernah surut dan pantang mundur.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline