Laporan: Azhar Saputra
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pengamat tata ruang dan lingkungan Universitas Islam Riau (UIR), Mardianto Manan mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang berulang tahun ke-19 tahun 2016 ini, disinyalir telah dijadikan proyek oleh oknum petinggi sedang menjabat agar terulang terus-menerus saban tahun.
"Bahkan ada menyebutkan Karhutla ini jadi proyek tender. Konon Satgas yang diturunkan itu sudah ada dananya. Mungkin yang di bawah ini tidak tahu. Tapi diatas ini bagaimana," kritik Mardianto dalam acara Diskusi Publik Partisipasi Publik dalam Mencegah dan Memberantas Karhutla di Riau, Rabu, 24 Agustus 2016, di Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau.
Ia juga menjelaskan, ada sesuatu yang ganjal, kenapa Karhutla sebabkan asap itu bertahan hingga 19 tahun di Riau. "Kenapa harus seperti ini dan tidak bisa diungkap. Kalau terungkap ya itu-itu lagi (perusahaannya). Apakah di sana ada lingkaran setannya," kata Mardianto.
Baca Juga: Kasus Karhutla Berlarut-larut, Dosen UIR: Kalau Terungkap Ya Itu-itu Lagi
Dosen Teknik UIR ini mengatakan, diskusi pencegahan karhutla ini terbagi atas tiga unsur, perencanaan, implementasi dan pengawasan.
"Nah pengawasan itu yang paling lemah menurut saya, yaitu pengawasan hukumnya," kritiknya kembali.
Diperjelas Mardianto, karena Riau berbeda dengan provinsi lainnya, ada banyak perusahaan beroperasi di Bumi Lancang Kuning, seperti Chevron, APP, April Group beserta anak-anaknya.
"Para petinggi perusahaan itu tinggal meremot saja dari jauh bagaimana perusahaan dan anak-anaknya dapat terus bekerja di sini. Contohnya SP3 yang dikeluarkan Polda Riau itu. Itu kan anak-anak perusahaan mereka kan," sindirnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline