RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan, terus saja terjadi.
Padahal, upaya pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha, khususnya di Riau dan Kalimantan Timur. Sutopo mengungkapkan jumlah hotspot di kedua provinsi tersebut terus meningkat secara fluktuatif setiap harinya. Hal ini telah terjadi sejak 3 pekan belakangan.
"Kondisi cuaca di Riau dan Kalimantan Timur kering. Wilayah di Riau saat ini memasuki kemarau periode pertama hingga April mendatang. Namun kemarau yang terjadi tidak sekering saat kemarau periode kedua pada Juli hingga September mendatang," ujar Sutopo, Minggu (13/3/2016).
Meski, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kemarau ini merupakan kemarau basah, namun kondisi air sumur dan permukaan sudah mulai menipis sehingga menyulitkan petugas saat memadamkan api.
(Baca Juga: Jikalahari: Pangdam Jangan Marah ke Kehutanan, Coba Marah ke Perusahaan)
Jumlah total hotspot di Kalimantan Timur, kata Sutopo, jauh lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. "Memang terjadi anomali, dimana karhutla sebelumnya di Kalimantan Timur relatif sedikit dibandingkan dengan yang lain. Karhutla yang terjadi pada Februari 2016, bukan hanya membakar hutan dan kebun tapi orang utan satwa langka yang dilindungi pun ikut terbakar," paparnya.
Penyebab karhutla, menurut dosen di Universitas Pertahanan Indonesia ini, tetap sama yaitu akibat kecerobohan dan pembakaran. Artinya disengaja dibakar. "Masalah dari tahun ke tahun itu tetap sama, adanya kesengajaan dibakar untuk membuka lahan baru," ucapnya.
Silakan ikuti berita kebakaran hutan dan lahan dengan klik di sini
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline