RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pelaksanaan Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke-29 di Pekanbaru diwarnai sejumlah kericuhan. Setelah kericuhan Sabtu lalu, rombongan kader HMI yang diduga dari Sulawesi Selatan menyerang panitia lokal setelah mengadakan rapat internal di Hotel Green, Pekanbaru, (Minggu (22/11/2015) malam.
Akibat kericuhan itu, satu korban dari panitia lokal terkena anak panah di bagian punggungnya. "Perselisihan dipicu saat rombongan liar ini menanyakan keberadaan ketua panitia untuk meminta pelayanan," kata Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Pekanbaru Ajun Komisaris Besar Sugeng Putut Wicaksono, Senin (23/11/2015).
Menurut Putut, peristiwa terjadi sekitar pukul 23.00 WIB seusai panitia lokal melakukan rapat membahas aksi rusuh yang dilakukan rombongan liar (Romli). Lima panitia lokal yakni Satrio, Alitondi, Syahroni, Febrizon dan Afgani tengah duduk di samping hotel sambil bercerita.
Tiba-tiba segerombolan massa yang diduga dari Sulawesi Selatan mendatangi panitia lokal tersebut. Rombongan menanyakan keberadaan ketua panitia. Mengetahui kelimanya merupakan bagian dari panitia, rombongan ini langsung memukul. (BACA JUGA: Akbar Tanjung Sebut Kerusuhan HMI Ulah Romli)
Aksi itu kemudian diketahui rekan panitia lain yang berada di seberang jalan. Para panitia kemudian berlari ke arah kejadian untuk membantu temannya. Namun rombongan langsung kabur ke Gelanggang Remaja. Sempat terjadi saling lempar batu dan kayu.
Seorang panitia bernama Syahroni tertembus anak panah di bagian punggungnya. Para korban telah dilarikan ke rumah sakit. Putut mengaku, sejauh ini polisi belum menemukan siapa saja dari kelompok Romli yang terlibat dalam penyerangan itu. "Kami masih dalam proses penyelidikan," katanya.
Ketua pelaksana kongres, Fatharyanto, belum dapat dikonfirmasi.(lihat: Lokasi Kongres Dipakai Untuk Main Bola)
Kongres HMI ke-29 di Pekanbaru sejak awal menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Acara yang berlangsung pada 22 hingga 26 November itu mendapat kucuran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Riau (APBD) Riau sebesar Rp3 miliar.
Sejak rombongan kader dari berbagai daerah tiba, polisi maupun masyarakat dibuat repot oleh aksi anarkis ribuan mahasiswa. Mulai dari tidak membayar makan di sebuah restoran di Indragiri Hulu, melakukan pengrusakan fasilitas umum hingga merusak mobil dinas polisi.