RIAU ONLINE, PEKANBARU - Festival Hammock 2017 memperkenalkan wisata di Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina dan Desa Tanjung Balam, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, kepada seluruh peserta. Tujuannya untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar.
Mulai dari perahu rakyat, mengitari sungai Kampar menggunakan donat boat, tradisi menjaring ikan hingga berwisata menggunakan dua ekor gajah mengitari Danau Tanjung Putus yang merupakan satu dari tujuh danau yang ada di sini.
RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA
"Selain yang disebutkan itu di sini juga ada wisata lainnya seperti jenis burung-burungan elang dan rangkong, dan berbagai macam kupu-kupu," kata Kepala resort TWA Buluh Cina, M. Hendri, Minggu, 14 Mei 2017.
RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA
Baca Juga: Legenda, Mitos dan Keunikan di Balik Danau Naga Sakti Kecamatan Pusako, Siak
RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA
TWA merupakan hutan ulayat yang dimiliki Desa Buluh Cina dengan luas 1000 hektare yang diserahkan ke pemerintah provinsi Riau pada 2002 dengan penerbitan di tahun 2006. Hingga 2014 kawasan ini dijadikan sebagai kawasan konservasi dengan luas yang menyusut menjadi 963.33 hektare.
Pada kesempatan berbeda Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Dian Indriyanti mengatakan bahwa seluruh peserta festival yang sudah dua kali diselenggarakan ini juga disuguhkan serangkaian acara berbeda lainnya.
"Usai peserta sampai di lokasi dilanjutkan tracking menuju hammock ground disertai dengan pengenalan lokasi oleh Laskar Penggiat Ekowisata (LPE) Riau," imbuhnya.
Klik Juga: Gulungan Ombak Bono Yang Bikin Rindu
Usai perkenalan lokasi, peserta dipersilakan untuk memilih hammock yang telah disediakan sebanyak 110 unit dan jumlahnya lebih banyak, dilanjutkan dengan acara lainnya hingga fajar menyingsing.
"Usai bangun pagi kegiatan seperti senam, sarapan hingga tracking menyusuri setapak demi setapak TWA Buluh Cina sampai acara berakhir juga nantinya akan mereka lalui," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline