Destinasi wisata alam Bono di Pelalawan yang kerap dikunjungi peselancar karena memiliki ombak mencapai 12 kilometer dari bibir muara sungai Kampar
(ISTIMEWA)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Riau pada 2017 ini akan mulai serius menggarap destinasi wisata potensial di Riau yang masih minim infrastruktur. Penggarapan akses jalan menuju daerah Bono dan Candi Muara Takus akan diperbaiki tahun ini sebagai daerah wisata yang jadi prioritas pengembangan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Fahmizal Usman mengatakan pembenahan infrastruktur destinasi wisata akan menjadi salah satu program prioritas yang digesa oleh Disparekraf.
"Jalan menuju destinasi Bono di Pelalawan mendapat pendanaan paling besar dari APBD Riau dan APBN. Bono sudah lama jadi ikon wisata Riau namun masih minim kunjungan karena akses jalan masih tak bagus," kata Fahmizal, Kamis, 5 Januari 2017.
Baca Juga: Gulungan Ombak Bono Yang Bikin Rindu
Dana pembangunan infrastruktur jalan sebesar Rp123 miliar sudah dianggarkan tahun 2017 untuk destinasi wisata Bono, anggaran pembangunannya diambil dari APBD Riau dan APBN. Selain itu, Fahmizal juga mengatakan jalan menuju Candi Muara Takus juga akan dibenahi yang memakan anggaran sekitar Rp70 miliar.
Bono sendiri merupakan destinasi wisata alam yang khas karena para peselancar bisa melakukan aktifitas selancar di muara sungai Kampar yang jauh ombaknya bisa mencapai 12 kilometer dari bibir muara. Selain di Riau, fenomena Bono ini hanya ada di Brasil namun untuk jarak ombak, Riau masih memiliki kelebihan.
Untuk Muara Takus sendiri merupakan destinasi wisata budaya yang jadi orientasi wisata di Riau, wisata berbasis budaya. Komplek candi yang konon tertua di Indonesia ini, aksesnya sangat buruk sehingga membuat wisatawan enggan melakukan kunjungan. Terlebih jaraknya yang cukup jauh.
Klik Juga: Riau Menyapa Dunia Melalui Pariwisata Alam Dan Budaya
Selain perbaikan infrastruktur, ada dua program prioritas lainnya yang akan dikejar oleh Disparekraf pada tahun ini. Program kedua adalah mempersiapkan sumber daya manusia sebagai masyarakat sadar wisata. Fahmizal menuturkan ia akan memulai dari sektor pendidikan formal, dukungan tersebut dengan meningkatkan kualitas sistem edukasi di sekolah tinggi pariwisata dan sekolah menengah kejuruan.
"Sedangkan dari lembaga nonformalnya berupa pemberian sertifikasi melalui lembaga sertifikasi profesi. Selain itu dengan membentuk kelompok desa wisata dan juga sapta pesona," katanya.
Program ketiga, dan yang tidak kalah penting menurut Fahmizal adalah promosi atau komunikasi marketing. Kemajuan teknologi digital kini makin memudahkan untuk mempromosikan wisata Riau ke seluruh dunia.
"Promosi yang efektif untuk bisa dilakukan dari media sosial, media massa dan penyelenggaraan iven. Itu harus kita manfaatkan denhan baik. Kita jangan sampai ketinggalan dengan moda zaman," pungkasnya.
Lihat Juga: Danau Bandar Kayangan, Apa Kabarmu?
Promosi destinasi wisata lewat penyelenggaraan acara seperti festival bisa menjadi pintu masuk untuk mengenalkan potensi tersebut kepada khalayak ramai. Contohnya adalah penyelenggaraan Festival Benteng Tuanku Tambusai yang diselenggarakan di Kabupaten Rokan Hulu pada Desember 2016. Selain itu, ada juga Festival Ekuator di Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar yang tujuannya juga serupa.
"Festival Tuanku Tambusai itu misi utamanya adalah mendorong potensi wisata di Benteng Tujuh Lapis di Rokan Hulu, sedangkan Festival Ekuator itu untuk mempopulerkan bahwa di Riau ada tugu ekuator dan peninggalan kereta api zaman penjajahan agar jadi objek wisata," kata Fahmizal.
Berdasarkan angka kunjungan, hingga Oktober 2016 jumlah wisatawan mancanegara yang melancong ke Riau mencapai sekitar 55 ribu orang. Jumlah itu sudah melebihi angka kunjungan turis asing selama 2015, yang mencapai 54.347 orang.
Sementara itu, untuk jumlah wisatawan nusantara atau domestik, hingga Oktober 2016 mencapai 4,9 juta orang. Jumlah tersebut juga melampaui angka kunjungan selama 2015 yang mencapai 4,3 juta wisatawan.
"Apapun program dari pemerintah, sebenarnya peran masyarakatlah yang menentukan keberhasilannya. Sadar wisata itu yang paling penting, harus ada sadar wisata dari masyarakatnya sendiri supaya jadi tuan rumah yang baik," lanjut Fahmizal Usman.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline